Mohon tunggu...
Ayu Shella
Ayu Shella Mohon Tunggu... Penulis - Udah sembuh belum, Yu? Belum, gilaku makin menjadi.

saleum dari Aceh! Karya sastra dan segala yang berhubungan dengannya. Bahasa dan segala aspeknya. Adat budaya dan segala kerumitannya. Tiga hal ini merupakan kegiatan yang paling saya sukai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telah Berdebu

18 Oktober 2024   17:58 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terduduk temenung menatap langit yang mulai mendung. Pikiranku melayang ke kampung halaman yang jauh di mata. 

Gusar rasanya hati. Ingin pulang tapi sang waktu belum mengizinkan.

Ayah, Ibu, anakmu ini rindu. Sudah 3 bulan aku tak dapat meraba jasatmu. Sudah tiga bulan jua aku tak dapat merasakan ikan pencingan ayah dan masakan dari tangan kriput ibu.

Dari kuliah aku sudah merantau. Terbesit dalam hati dulu saat kuliah untuk mencari kerja di dearah. Alasan klise, aku ingin menemani masa tua ayah dan ibu. Keinginan ini terus saja kupanjatkan dalam doaku dan dibantu dengan doa ibu dan ayahku.

Ternyata takdir tuhan berkata lain. Aku kembali melanjutkan kuliah profesi dengan merantau dan mendapatkan pekerjaan juga merantau. 

Awalnya aku ragu untuk mengambil pekerjaan ini. masih terbesit dalam keinginanku untuk tetap di daerah, menemani masa tua ayah dan ibu.

Aku teringat pada saat aku memberitahukan ibu tentang tempat tugas yang nantinya yang akan aku tempati. Saat itu aku baru pulang dari sekolah tempat aku mengajar sebagai honorer. Setelah salat ashar aku melihat hpku yang dari tadi menyala, mendakan ada pesan masuk. 

Ternyata pesan di WA grup Sudah sangat banyak. Kubaca satu per satu pesan tersebut. Kuanalisis, kupahami, dan kutulis hal-hal penting. Kemudia, aku langsung berseluncur di media sosial untuk mencari beberapa hal yang dibutuhkan.

Setelah puas mengecek segala hal di internet akhirnya hari sudah petang. Ayah dan Ibu sedang duduk santai di dekat pintu tepatmya di pintu samping rumah. ternyata ayah tadi pulang bawa gorengan, jadi kami menimati senja dengan gorengan kak Ajar yang terkenal itu.

Setelah memakan gorengan satu, aku meneguk air kemudian narik napas panjang untuk berbicara.

"Ayah, mak, Elsa harus mengambil penempatan kerja di luar daerah kita. Itu udah kentuan yang kita tanda tangani dulu sebelum pendidikan profesi yang ELsa jalani dulu" aku berucap tanpa sanggu menatap ke arah ayah dan ibu.

Suasana hening sebentar.

"Dimana tempatnya?" tanya ayah. mewakili ibu. terlihat wajah ibu mengharapkan tempat yang masih dengan dengan tempat tinggal kami walaupun untuk satu daerah sudah tidak mungkin lagi.

"Elsa diberikan 3 pilahan tempat. di Riau penempatan belum pasti cuma ada nama provinsi dan ada kemungkinan ditempatkan di pedalamn, dula lagi sama-sama di Sumut hanya saja beda kabupaten yaitu kabupaten Dairi dan kabupaten Serdang Bedagai" jelasku.

"Sebentar ayah lihat dulu di internet tempat-tempat yang elsa sebutkan tadi" ucap ayah lalu langsung mengambil hpnya untuk berseluncur  mencari informasi. terlihat ibu juga melakukan hal yang sama.

Ayah juga menelpon beberapa relasinya yang di daerah sumut, bahkan sudara jauh maupun dekat yang ada di Sumut tak luput dari telponan ayah.

sore hingga magrib kami sibuk mencari informasi tentang tempatku.

aku melihat ada sedikit kekecewaan di mata Ayah dan Ibu walaupun mereka menutupinya. Aku tau mereka sudah terbiasa denganku yang selalu dirumah dalam beberapa bulan ini.

Setelah salat magrib kami duduk santai lagi ditempat yang sama.

" tidak usah khawatir nak. Ayah Ikhlas jika kamu harus ditugaskan jauh dari kami. Ayah dan emakmu akan selalu berdoa untuk kebaikanmu. Ayah bangga kamu sudah menjadi ASN sekarang. Mengabdilah nak, Ayah dan Makmu akan selalu mendukung apapun keputusanmu. Tadi ayah sudah berbincang dengan emakmu, aku sepakat kamu pilih di Serdang Bedagai saja. Riau terlalu jauh untuk kita jangkau sedangkan Dairi terlalu banyak yang ayah takutkan terjadi padamu di sana. setelah beberapa pertimbangan maka pilihlah Serdang Bedagai saja" ucap ayah. 

ibu hanya diam dengan mencoba memperlihatkan senyuman teduhnya saat aku menatap kearahnya.

Aku melihat ada sorot rasa rasa kehilangan di matanya. Aku memiliki 3 saudar, kakak pertamaku telah menikah dan tinggal di pulau yang lain, kakakku yang kedua telah menikah dan telah lebih dahulu ditugaskan pada tempat terpencil di daerahku sehingga ia akan jarang pulang. dan adikku anak lai-laki satu-satu ayah dan ibu malah lebih memilih merantau ke kota yang jauh untuk mengadu nasib mencari pekerjaan. 

Sudah lama ini sepi. Hanya ada suara televisi saat malam tiba. Ayah dan ibu sudah jarang tidur di kamar, mereka lebih memilih tidur di depan televisi dari pada tidur di kamar. Katanya kalau tidur di kamar terasa sunyi tetapi kalau di depan televisi maka televisi itu akan hidup sampai pagi.

Setelah keputusan itu, inilah aku sekarang, hidup di tempat asing. Lingkungan disini berbeda dengan tempat tinggalku. Bahkan berbeda 360 derajat. Aku terima takdirku untuk mengajar disini, aku iklas, tetapi terkadang rasa rindu itu selalu muncul ketika jam senja seperti ini. aku akan selalu teringat pada ibu yang selalu kutemani melewati senja ditiap harinya.

Ayah, ibu, kita masih dibawah langit yang sama. Semoga langit yang sama ini akan selalu melindungi kita dari segala hal buruk yang datang. Ayah dan ibu, anakmu disini baik-baik saja dan semoga akan selalu baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun