Mohon tunggu...
Ayu Setia Ningsih
Ayu Setia Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Batam-Indonesia

Teacher- Mother-Entrepreneur-Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pemberian Gawai pada Balita, Solusi atau Petaka?

15 September 2021   21:26 Diperbarui: 16 September 2021   13:36 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sebuah acara keluarga atau perkumpulan para orangtua seperti syukuran, resepsi pernikahan, aqiqahan, dan sebagainya, tidak jarang kita temukan balita aktif yang difasilitasi gawai sebagai 'senjata' untuk membuatnya tenang. 

Harapan selanjutnya adalah agar orangtua dapat merasa nyaman ketika mengikuti acara yang berlangsung tanpa harus mendengar ocehan si balita maupun mengikutinya berjalan sana-sini.

Apakah hal ini merupakan solusi atau bahkan petaka bagi si balita? Mari kita lihat fakta yang mengejutkan terkait kebiasaan yang kurang baik ini.

Niat awal ketika memberikan gawai adalah untuk menjadikan si balita tenang tetapi tahukah para orangtua terkait efek samping dari pemberian gawai dalam jangka waktu yang lama? 

Misal, acara berlangsung satu hingga dua jam maka selama itu pula si balita difasilitasi gawai di tangannya. Mereka memang tenang tetapi apakah kita lupa bahwa ketika mereka belum pandai berjalan, kita selalu berdo'a agar ia berani melangkahkan kakinya dan mulai berjalan? 

Hari ini, mereka sudah dapat berjalan tetapi kita halangi mereka untuk melangkah dan lebih memilih mencekoki mereka dengan 'senjata' yang membuatnya tenang. Sebenarnya, apakah itu bentuk penenang ataukah tindakan acuh tak acuh?

Kita memilih untuk melebur dengan orang lain dan tenggelam dalam acara tanpa mengajak si balita untuk berkomunikasi. Alih- alih mengenalkan lingkungan sosial, seperti keluarga, kerabat, dan keadaan sekitar, orangtua lebih memilih untuk 'membungkam' si balita. 

Sejatinya, orangtua telah kehilangan kesempatan untuk mengajarkannya mengenal lingkungan sosial yang lebih luas daripada keluarga intinya.

Kita telah membuang peluang untuk mengajarkannya hal-hal berikut ini:

1. Melatihnya untuk berbicara

Banyak hal yang perlu kita kenalkan pada si balita ketika sedang berada di dalam sebuah acara keluarga. Seperti menyebutkan kata nenek, kakek, paman, bibi, dan sebagainya untuk si batita.

Sedangkan untuk anak usia empat tahun ke atas, orangtua dapat mengajarkan bagaimana cara menyapa orang asing dengan adab yang baik.

Kasus yang sering terjadi adalah keterlambatan berbicara atau speech delay pada si balita karena kurangnya komunikasi dua arah yang positif.

Dikatakan positif karena kita melakukan komunikasi yang efektif pada si balita, menatap matanya ketika sedang mengajaknya berbicara, dan menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh mereka.

2. Mengasah kemampuan sosial emosionalnya apabila bertemu dengan orang asing

Beberapa anak ada yang langsung berani dan akrab ketika bertemu dengan orang asing. Namun, ada pula anak yang merasa takut di tengah keramaian dan bertemu dengan orang asing pertama kalinya. Kesempatan berkumpul inilah yang bisa dimanfaatkan oleh orangtua untuk mengasah keberaniannya.

3. Meningkatkan rasa awasnya jika berada di lingkungan baru

Berada di lingkungan baru perlu memiliki sikap awas terhadap orang-orang yang belum kita kenal dan perlu pula mereka diajarkan bagaimana cara beradaptasi di tengah keramaian. Pembentukan adab atau etika si balita sudah bisa kita pupuk melalui sarana pembelajaran seperti ini.

4. Menjaga kesehatan matanya

Sebagai orangtua, tentu kita paham bahwa penggunaan gawai dalam jangka waktu yang lama akan memengaruhi kesehatan mata si balita. Belum lagi jika mereka sudah ketergantungan dengan gawai tersebut, maka akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memberikan treatment agar ia terlepas dari candu si gawai.

5. Melatih kemampuan bersosialisasi si balita

Ketika di acara yang melibatkan orang banyak, maka orangtua dapat mempergunakan waktu tersebut untuk melatih si balita agar bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Biarkan mereka bermain dengan anak-anak seusianya tanpa ada gawai di antara mereka. Sosialisasi yang baik akan meningkatkan kemampuan bahasa pada si anak pula.

Terkadang, kita ingin si balita hanya duduk diam dan manis di kursi, tidak berlarian ke sana dan kemari. 

Namun, kita lupa padahal mereka membutuhkan hal itu. Jika ia terlalu aktif berlari, orangtua hanya perlu mengingatkan berulang kali pada mereka. Ingatkan mereka untuk berhati-hati dan jalan saja. Hindari kalimat mengancam dan berbohong pada si balita. 

Hal ini hanya akan membuat mereka kehilangan kepercayaan pada orangtua. Lelah mengingatkan dan berlarian? Pastinya. Namun dengan begitulah mereka akan belajar tentang adab dan peraturan di depan umum.

Sebelum berangkat menuju tempat acara, alangkah baiknya kita perlu mengingatkan mereka tentang peraturan yang kita sepakati bersama, seperti jalan saja, makan dengan pelan, dan menyalami tangan orang dewasa. Tidak perlu bersikap otoriter dengan berkali-kali mengancam si balita, hal ini akan tidak efektif sekali.

Orangtua khawatir menjadi buah bibir orang lain karena anaknya aktif bergerak dan berbicara, tetapi orangtua tidak menaruh khawatir pada kesehatan mata dan perkembangan si balita yang telah kita hambat dengan membungkam kebebasan bergerak dan memilih 'menyogok' dengan gawai. 

Ketika kita lebih memikirkan pendapat orang lain tanpa menghiraukan tumbuh kembang si balita, hal ini adalah tindakan yang tidak bijaksana sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun