Pada sebuah acara keluarga atau perkumpulan para orangtua seperti syukuran, resepsi pernikahan, aqiqahan, dan sebagainya, tidak jarang kita temukan balita aktif yang difasilitasi gawai sebagai 'senjata' untuk membuatnya tenang.Â
Harapan selanjutnya adalah agar orangtua dapat merasa nyaman ketika mengikuti acara yang berlangsung tanpa harus mendengar ocehan si balita maupun mengikutinya berjalan sana-sini.
Apakah hal ini merupakan solusi atau bahkan petaka bagi si balita? Mari kita lihat fakta yang mengejutkan terkait kebiasaan yang kurang baik ini.
Niat awal ketika memberikan gawai adalah untuk menjadikan si balita tenang tetapi tahukah para orangtua terkait efek samping dari pemberian gawai dalam jangka waktu yang lama?Â
Misal, acara berlangsung satu hingga dua jam maka selama itu pula si balita difasilitasi gawai di tangannya. Mereka memang tenang tetapi apakah kita lupa bahwa ketika mereka belum pandai berjalan, kita selalu berdo'a agar ia berani melangkahkan kakinya dan mulai berjalan?Â
Hari ini, mereka sudah dapat berjalan tetapi kita halangi mereka untuk melangkah dan lebih memilih mencekoki mereka dengan 'senjata' yang membuatnya tenang. Sebenarnya, apakah itu bentuk penenang ataukah tindakan acuh tak acuh?
Kita memilih untuk melebur dengan orang lain dan tenggelam dalam acara tanpa mengajak si balita untuk berkomunikasi. Alih- alih mengenalkan lingkungan sosial, seperti keluarga, kerabat, dan keadaan sekitar, orangtua lebih memilih untuk 'membungkam' si balita.Â
Sejatinya, orangtua telah kehilangan kesempatan untuk mengajarkannya mengenal lingkungan sosial yang lebih luas daripada keluarga intinya.
Kita telah membuang peluang untuk mengajarkannya hal-hal berikut ini:
1. Melatihnya untuk berbicara
Banyak hal yang perlu kita kenalkan pada si balita ketika sedang berada di dalam sebuah acara keluarga. Seperti menyebutkan kata nenek, kakek, paman, bibi, dan sebagainya untuk si batita.
Sedangkan untuk anak usia empat tahun ke atas, orangtua dapat mengajarkan bagaimana cara menyapa orang asing dengan adab yang baik.