"Begini isi suratnya."Â
"Maafkan aku ya sayang, aku hanya berjuang demi negara kita dan anak kita. Aku sudah rela jika disuruh untuk melawan tentara Jepang. Aku tidak tega bila melihat bangsa Indonesia terus-menerus diperlakukan seperti ini. Aku cinta pada negeri ini dan juga kepada kamu dan anak kita. Doakan aku ya sayang, agar aku bisa pulang dengan selamat dan menyambut kelahiran anak kita. Tetapi aku minta satu hal kepada kamu, bila aku gugur, kamu jangan bersedih. Aku meminta kamu ikhlas dengan takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Disini, aku tidak pernah lepas untuk mendoakan keluarga kita. Semoga Tuhan dapat menyertai kita semua dan anak kita dapat lahir dengan selamat. Ada satu permintaan lagi dariku, yaitu aku ingin kamu menamakan anak kita dengan nama Mawar Isabella. Aku percaya anak kita dapat tumbuh menjadi seorang gadis yang dewasa dan lemah lembut. Ia harus mengerti betapa pahitnya dunia ini, tetapi Ia harus tetap ceria dan bahagia karena sifatnya harus melambangkan namanya yaitu Mawar. Seperti ibarat bunga mawar, Ia tetap berdiri kokoh meskipun terdapat banyak duri di sekitarnya. Terima kasih sudah menjadi istri yang luar biasa, aku bangga kepadamu, sayang. Aku akan selalu menyayangimu dan juga Mawar."Â
Aku membaca surat tersebut dengan bercucuran airmata dan juga Ibu yang turut menjatuhkan airmatanya. Ibu pun segera memelukku dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Sudah, kamu tidak perlu menangis lagi. Ayahmu tetap terus menyayangimu, Nak. Disini masih ada Ibu disampingmu. Tidak semua takdir yang ditentukan oleh Tuhan itu selalu buruk, Nak. Maka, kamu harus mengikhlaskan kepergian Ayahmu. Ibu tahu pasti berat, tetapi perlahan demi perlahan pasti bisa kok. Kita bisa berdoa bersama untuk mendoakan Ayah agar tenang disana. Kamu harus bangga memiliki seorang Ayah seperti dia, karena tanpa dia, Indonesia tidak akan merdeka dan bangsa Indonesia akan terus dijajah.", kata Ibu sambil menyemangatiku.Â
"Sama-sama, Nak", jawab Ibu kepadaku. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H