Kasus pembunuhan Vina Dewi Arsita dan kekasihnya yang bernama Muhammad Rizky Ardian alias Eky di Cirebon pada tahun 2016 silam kembali mencuat karena kasus tersebut difilmkan dengan judul “Vina, Sebelum 7 hari”. Kasus yang sempat ditutup, setelah selang 8 tahun ini kembali ramai diperbincangkan untuk segera dituntaskan, sebab masih ada 3 pelaku belum berhasil tertangkap, dari total 11 pelaku. Dimana satu diantara 3 pelaku yakni Egi Ryan Prayoga bagian anggota geng motor juga belum tertangkap, yang diduga menjadi otak dari kejahatan tersebut. Banyak kejanggalan-kejanggalan dalam kasus ini yang mengharuskan diusut sampai menemukan titik terang.
Vina yang saat itu berumur 16 tahun harus meregang nyawa karena kebiadaban dari belasan anggota geng motor “Moonraker”. Dari keterangan keluarga, Linda sahabat Vina, serta beberapa saksi selama proses penyelidikan berlangsung mendapat informasi bahwa Vina mendapat perlakuan bullying dari kekasih Egi dan teman-temannya lantaran cemburu kepada Vina yang lebih diperhatikan oleh Egi. Meski Vina sempat berani melawan bullying tersebut, tekanan batin dirasakan oleh Vina. Usaha Egi yang selalu mendekati Vina tidak mendapat respon positif dari Vina. Sikap Vina yang menghindari Egi karena selain Vina tidak suka juga Vina merasa takut jika ia dibully kembali. Kemungkinan ada perlakuan Vina yang membuat Egi tersinggung dan marah yang menyebabkan Egi ingin balas dendam kepada Vina. Diduga tidak hanya pembunuhan dalam kasus ini, penganiayaan dan pemerkosaan juga dialami sebelum akhirnya Vina dibunuh.
Dua korban dan para pelaku saat itu masih kategori pemuda dengan usia 16 tahun – 20 tahunan. Lagi dan lagi pemudalah yang menjadi tokoh dalam kasus-kasus yang hampir sama, penganiayaan, kekerasaan, bahkan pembunuhan. Generasi muda sedang dalam usia cemerlang berproses dalam membentuk karakter, dan prestasi yang baik. Pemuda adalah pemimpin masa depan membawa bangsa ke arah yang lebih baik, lantas bagaimana jadinya jika para anak muda malah terjerat pada kasus-kasus tadi?. Jika generasi rusak, peradaban manusia juga akan ikut rusak.
“Tidak akan ada asap, jika tidak ada api”, begitulah pepatah yang menjelaskan bahwa tidak akan ada akibat jika tanpa sebab. Tentunya dari kasus yang dialami Vina dan kekasihnya terdapat akar permasalahan sehingga hal tersebut terjadi. Berdasarkan informasi tentang kasus tersebut telah didapatkan dari berbagai sumber, dari film “Vina, Sebelum 7 hari” itu sendiri (dasarnya dari keterangan keluarga, penyelidikan dari polisi) serta jejak digital salah satu pelaku yakni Egi Ryan Prayoga menjadi bukti untuk lebih mendalami akar permasalahan supaya kasus serupa tidak terulang kembali, diantaranya yaitu ;
Bullying
Perundungan atau bullying berupa kekerasan verbal maupun fisik. Dimana kekerasan verbal bisa berupa caci maki, dan kekerasan fisik bisa artifisial dan faktual. Pada game online dan film action seperti tembak-tembakan, saling hantam, saling pukul memberikan pengaruh kepada alam berpikir anak bahwa kekerasan menjadi sebuah kebiasaan. Dampak arah pandang yang serba bebas sehingga game online dan film action sebagai motivasi dari bullying. Untuk menuntaskan masalah bullying dengan memunculkan peradaban alternatif yakni peradaban yang tumbuh dari kesadaran dan kasih sayang.
Salah Pergaulan
Geng motor telah banyak merugikan masyarakat karena kriminalitas yang mereka lakukan. Mereka dengan mudahnya melakukan penganiayaan dengan bermodalkan motor, senjata tajam, menerjang malam mencari mangsa. Siapapun yang menghalangi dan membuat mereka marah tanpa berpikir panjang langsung dihabisi oleh mereka. Padahal nyawa sangatlah berharga, Al-Qur’an menjelaskan ; barang siapa membunuh tanpa ada alasan yang dibenarkan oleh syari’at maka ia seolah-olah telah membunuh seluruh manusia {Al-Ma’idah ayat 32}.
Selanjutnya tidak membatasi diri dalam bergaul. “Jangan tolak cinta jika tak mau berujung petaka”, ungkapan ini salah besar. Justru sikap yang harus diambil dengan menjaga diri dan membatasi dalam pergaulan supaya tidak terpenjara dalam kisah cinta sebelum waktunya.
Peran Orang tua yang lemah
Orang tua hanya mengandalkan sekolah dalam mendidik anaknya. Padahal kehadiran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak. Tidak melulu soal finansial dari orang tua, didikan moral dan pendampingan kepada anak selama masa remaja yang sedang mencari jati dirinya itu sangatlah penting.
Faktor Negara
Peran negara untuk memutus kasus kejahatan sangatlah penting supaya tidak terulang dengan kasus yang serupa. Salah satu caranya dengan membuat sanksi yang menjerakan. Hilangnya nyawa manusia akibat kebiadaban geng motor sudah berlangsung sejak puluhan tahun lampau kian meresahkan masyarakat. Hukuman berkisar 10 tahun penjara, padahal sudah menghilangkan nyawa. Tetapi atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) qisas tidak bisa diberlakukan.
Kemudian, hukum yang tumpul pada pemilik uang. Diduga ayah Egi pelaku pembunuhan Vina dan kekasihnya adalah seorang yang punya jabatan, sehingga dengan mudah menyembunyikan keberadaan Egi selama 8 tahun ini.
Juga peran negara dalam mengelola tayangan yang boleh atau tidaknya dipublikasikan. Jika negara mampu melarang menayangkan visual yang tidak mendidik di media. Maka generasi tidaklah mudah terpapar tayangan kekerasan. Tayangan-tayangan tidak baik justru menyuburkan tindakan kriminal.
Jika akar permasalahan tersebut dapat teratasi dengan baik, maka tidak akan ada lagi kasus serupa terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H