Mohon tunggu...
Ayu Oktaviana Miftahul Jannah
Ayu Oktaviana Miftahul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah healing terbaik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Hari Pendidikan Nasional: Problematika di Tengah Sistem Pendidikan Hari Ini

19 Mei 2024   11:30 Diperbarui: 15 Juni 2024   22:53 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2024 ini peringatan hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) mengangkat tema "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar". Di tengah kemantapan menjadikan kurikulum Merdeka Belajar sebagai kurikulum Nasional, diikuti pula problematika yang marak di kalangan para penuntut ilmu ini. Berangkat dari permasalahan biaya pendidikan yang berbuntut pada perbuatan kriminal. Tentunya hal ini menjadi tanda tanya seberapa berkualitas generasi sekarang, dan bagaimana langkah yang seharusnya ditempuh supaya berhasil mencetak generasi terdidik yang baik dan tepat?

Meroketnya Uang Kuliah Tunggal (UKT)

Gelombang aksi protes mahasiswa sebab kenaikan biaya uang kuliah tunggal (UKT) terjadi di banyak perguruan tinggi. Presiden BEM Unsoed Maulana Ihsanul Huda mengatakan biaya UKT untuk hubungan Internasional yang semula Rp3 jutaan sekarang mencapai Rp13 juta. Sementara Keperawatan Internasional tembus angka Rp52 juta. (Jumat, 26/4), Sumber CNN Indonesia.

 

Kasus lainnya terjadi di Universitas Negeri Riau (Unri), seorang mahasiswa memprotes ketentuan Iuran Pembangunan Institusi (IPI) dalam UKT yang harus dibayar mahasiswa. Ia unjuk rasa dengan membuat rekaman video meletakkan jas almamater di depan kampus layaknya orang berjualan. (Selasa, 7/5), Sumber detikSumut.

Setelah aksi unjuk rasa dua pekan selanjutnya ia menerima kabar dilaporkan ke kepolisisan oleh Rektor Unri Sri Indarti dengan dugaan pelanggaran UU ITE.

Sementara di Universitas Sumatera Utara (USU), ratusan mahasiswa memprotes meroketnya uang kuliah tunggal (UKT) 2024 yang lebih dari 100 persen . Mereka mendesak untuk menurunkan Rektor USU Maryanto Amin dari jabatannya. Mahasiswa menilai kenaikan UKT tidak diikuti perbaikan fasilitas di kampus tersebut.

Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengalami hal yang serupa, nominal SPI pada 2023 maksimal di angka 25 juta, kini Program Studi Farmasi dan Kedokteran tembus di angka 100 juta bahkan 200 juta.

Sungguh mencengangkan untuk mendapat pendidikan harus mengeluarkan uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Unjuk rasa para mahasiswa atas kenaikan UKT ini menjadi hak kebebasan berpendapat bukan malah keberanian mereka dilaporkan kepolisian. Banyak dari mahasiswa demi dapat melanjutkan pendidikanya, rela terjerat pinjaman online, judi online, dan yang mirisnya tega membunuh temannya untuk merampok harta yang dimiliki temannya.

 Jika hal ini dimaklumi, pantaslah nantinya banyak generasi yang takut untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi sebab biaya kuliah yang diluar jangkauan. Ketika para generasi tidak berpendidikan berdampak akan dibodohi oleh pihak yang ingin menghancurkan negeri ini. Padahal seharusnya pemerintah lah yang menjamin kesejahteraan pendidikan, menempatkan anggaran tersendiri untuk pendidikan. Apakah anggaran pendidikan ini sudah berjalan lancar?, sudahkah tepat sasaran?

Efektif kah Pemberian Kartu Indonesia Pintar ?

Kekecewaan warganet mencuat terhadap mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar yang dituding bergaya hidup glamor di media sosial. Bagaimana proses penyeleksian dilakukan sampai kasus pemberian bantuan tidak  tepat sasaran dapat terjadi? Proses pemberian bantuan dinilai tidak ada transparansi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menekankan setiap perguruan tinggi lebih selektif dalam penyaringan agar tepat sasaran sampai evaluasi bagi penerima KIP-Kuliah.

Meski ada mahasiswa yang mendapatkan bantuan KIP-K , namun bantuan KIP-K ini apa telah mencukupi kebutuhan mahasiswa ? Besaran bantuan KIP-K ini disesuaikan standar daerah tempat kuliah masing-masing, jadi satu daerah dengan yang lain berbeda besaran bantuan yang didapatkan. Untuk di Jawa Tengah sendiri mahasiswa yang telah lolos penerimaan KIP-K akan mendapat bantuan KIP-K sekitar Rp6,6 juta per semester. Dimana dari total yang didapatkan Rp2,4 juta dianggarkan untuk pembayaran UKT, mahasiswa penerima KIP-K uang kuliah tunggalnya disama ratakan. Kemudian Rp4,2 juta untuk living cost. Jika dihitung per bulan mereka mendapatkan Rp700.000, digunakan untuk tempat tinggal ada yang diwajibkan pondok atau untuk yang PTN biasanya pada nge-kost yang diperkirakan Rp200.000 hingga Rp350.000. Dengan demikian sangatlah mepet untuk biaya makan, belum lagi beli buku, nge-print tugas , fotocopy, dan masing banyak lagi kebutuhan mahasiswa. Meski ada peraturan mahasiswa KIP-Kuliah dilarang untuk bekerja dengan tujuan agar tetap fokus belajar, tetapi realitasnya mereka rela memotong waktu istirahat mereka demi bekerja part time. Bukan berarti tidak bersyukur atas pemberian KIP-Kuliah, tetapi yang menjadi arah pembahaasannya ialah apakah hanya dengan pemberian KIP-Kuliah menjadi jalan untuk mengatasi problematika pendidikan yang mahal?.

Islam Menjamin Pendidikan Guna Mencetak Generasi Cemerlang

 

Kegemilangan pendidikan Islam terbukti adanya ilmuwan-ilmuwan muslim yang cerdas dalam ilmu sains dan ilmu agama yang terimbangi dengan ketakwaan. Diantara ilmuwan tersebut yaitu Al-Khawarizmi, Jabir Ibni Hayyan, Ibnu Rusyd, Al-Farabi dan masih banyak lagi.

Islam tidak membatasi satu orang untuk mempelajari berbagai bidang ilmu. Sistem Islam membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mereka yang ingin mempelajari dan mendalami bidang ilmu yang berbeda. Islam mampu memberikan pendidikan dengan gratis dikarenakan dalam mengelola perekonomian telah berhasil. Islam sangat memperhatikan pendidikan terutama untuk generasi muda sebab masa depan keberlanjutan kepemimpian dan pengelolaan negara akan dipegang oleh para generasi muda. Jika dari awal pendidikan sudah sangat diperhatikan tidaklah heran akan terlahir generasi-generasi yang cemerlang.

Para pendidik atau guru juga dijamin kesejahteraannya dari gaji yang memadai, pemberian fasilitas pelatihan demi meningkatkan kompetensi sehingga dalam mentransfer ilmu mereka dapat secara totalitas.  Demikian hanyalah sistem pendidikan Islam yang mampu melahirkan peradaban cemerlang. Kini saatnya mengembalikan sistem Islam secara Kaffah sehingga terwujud kesejahteraan umat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun