Mohon tunggu...
Ayu Nur Alizah
Ayu Nur Alizah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hello! Kadang suka nulis cerpen/curhat/puisi. Kalau suka sama tulisan saya https://trakteer.id/iuxxyz, kasih uang jajan ke saya ya! hihihihi Terima kasih!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Paus yang Mati Akibat Plastik, Lalu Kau Tunggu Apa Lagi?

22 Agustus 2021   13:46 Diperbarui: 22 Agustus 2021   13:47 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilutrasi by: www.instagram.com/fadilmlnn

"Biarin aja pak, Biru kan udah bilang dari awal sama pak Mail. Tapi, pak Mail gamau denger omongan Biru. Paling juga penyunya mati gara-gara ada yang kasih makan lagi", hal ini dibenarkan oleh ayahnya. Sepertinya penyu mati yang kedua ini belum menjadikan pak Mail kapok, karena menjadikan penangkarannya sebagai objek wisata.

Hari sabtu, Biru dan dua temannya kembali berenang menyusuri pantai, memungut sampah plastik yang terbawa ombak. Teman Biru yang bernama Ari selalu membawa kamera bawah airnya. Dia selalu memotret setiap ada sampah yang ingin mereka ambil. Ada satu waktu yang membuat mereka geram, yaitu terdapat terumbu karang tertutup topi pantai. Ketika ingin diambil ternyata ada ikan-ikan kecil yang sudah mati. Hal ini benar-benar membuat mereka bertiga marah. Namun, mereka sadar, mereka tidak bisa melawan karena mereka masih muda dan mayoritas warga di pantai, menyetujui objek wisata ini. Hal ini mereka lakukan terus sampai akhirnya dua teman Biru lelah karena para pengunjung pantai dan juga pemilik warung-warung ini tak peduli dengan sampah yang mereka hasilkan.

Biru masih melakukan ini, kali ini orang tuanya menyuruhnya berhenti melakukan hal yang percuma dan membuang-buang waktu. Tapi, menurut Biru ini bukanlah hal yang percuma, selagi ada hal yang bisa ia lakukan untuk menolong pantai kesayangannya tersebut dari limbah plastik. Biru memutuskan membuat sepuluh papan himbauan dengan tulisan huruf kapital semua dan berwarna merah. Papan himbauan tersebut tulisannya adalah "JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN! JANGAN MENINGGALKAN SAMPAH DI PINGGIR PANTAI" dihias printan dari kertas yang dijilid dengan foto sampah yang berserakan di pinggir pantai, dan juga di dalam pantai. Papan ini berukuran 4x2 meter. Biru dibantu oleh ayahnya dalam membuat papan ini dan juga menancapkannya di sisi-sisi pantai.

"Kalau papan himbauan ini tidak didengar bagaimana?", ucap ayah biru.

"Ya, biarin aja. Biru bakal cari cara lagi. Kalau perlu, Biru ngamuk di tempat kepala desa, sama di tengah-tengah pantai, yah. Hahhaha" ucap Biru dengan nada bercanda yang terkesan serius. Ayah Biru yang sudah hafal betul, bahwa anaknya bukanlah tipe orang yang mudah menyerah, ia akan melakukan hal-hal yang menurut dia bermanfaat untuk dirinya dan juga orang sekitar. Dan ini adalah hal salah satunya yang ia pedulikan dalam hidup ini. Biru kerap kali menjadi ledekan pemilik warung, menurut pemilik warung, biru adalah gadis pengangguran yang tidak punya kerjaan selain memungut sampah-sampah di pantai, bahkan sampai di dalam pantai. Ketika diledek seperti itu, Biru hanya bisa diam. Ia tak mau emosinya membuat malu keluarganya.

Namun, ketika Biru memasang papan peringatan tersebut bersama ayahnya, pemilik warung tersebut mendadak menjadi anjing yang pemalu. Menunduk malu, tidak berani menatap Biru, apalagi sampai mengejek Biru. Ketika memasang papan peringatan terakhir, Biru menemukan seekor penyu tergeletak mati dengan terdapat sedotan plasik di mulutnya. Biru tak lupa mengabadikan momen ini, dan berbagi cerita di blog websitenya. Biru di sekolahnya mendapat penghargaan ketika naik ke kelas sembilan. Ia mendapat penghargaan "Putri Pantai" hal ini disebabkan karena usahanya yang sudah enam bulan dilaksanakan.

Biru terharu, ternyata pihak sekolah memperhatikan tindakannya. Biru menceritakan alasannya di depan semua siswa/i dan banyak yang ingin membantu Biru. Ari dan Ismi kembali membantu Biru dan kali ini yang membantu Biru sekitar dua puluh orang, yang bersedia. Jadi, sekarang Biru membuat sistem piket. Bagi yang bisa berenang ditugaskan di hari minggu untuk memungut sampah di dalam air. Dan bagi yang tidak bisa berenang ditugaskan di pinggir pantai. Dan bagi yang bertugas di hari minggu, boleh menemani di hari-hari biasa. Ayah dan ibu Biru bangga atas kegigihan anaknya.

"Biru, bangun!" ucap ayahnya

"Kenapa, yah? Biru masih ngantuk, ini masih tengah malem yah"

"Ada paus mati, di pinggir pantai, badannya kelilit plastik terpal yang warna putih"

 "Aku mau lihat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun