Mohon tunggu...
Ayuning
Ayuning Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Writing, reading, and everything in between.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Uji Pemahaman Musik ala Polisi Skena

26 Oktober 2023   14:20 Diperbarui: 26 Oktober 2023   14:33 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam kehidupan yang penuh ingar-bingar dewasa ini, musik adalah sebuah bahasa yang selalu mampu menyuarakan segala yang tak diungkap kata. Musik menghiasi ragam adegan perjalanan manusia, merekamnya dalam mesin waktu yang selalu terbuka untuk dikunjungi lewat album, piringan hitam, radio, kaset, perangkat digital, maupun pertunjukan langsung. 

Sebagai perpanjangan tangan bermacam rupa perasaan, musik berhak dihidupkan dengan bermacam cara pula. Setiap pendengar dapat memilih kebebasan berekspresinya atas itu, tanpa perlu merasa terikat atas standar yang lazimnya berlaku. 

Namun dalam pergerakannya sebagai budaya populer, musik kerap menimbulkan isu-isu tersendiri. Didukung dengan berkembangnya teknologi yang memungkinkan kemudahan persebaran informasi seputar musik, bukan tidak mungkin terjadi perdebatan di kalangan penikmatnya.

Satu di antara isu tersebut hadir dalam wujud polisi skena, sesepuh musik yang kerap bermunculan di dunia maya maupun nyata. Sesuai namanya, polisi skena ini akan menjadi pengawas yang bertugas memeriksa persiapan kita sebagai penggemar musik. 

Ketika kita datang ke sebuah pertunjukan musik, di samping membawa suara, pakaian terbaik, dan semangat, kita mungkin harus bersiap akan kemungkinan pertanyaan dadakan tentang pengetahuan musik dari polisi skena. 

Di tengah kerumunan penonton yang bersorak-sorai, kita mungkin harus memutar otak untuk mengingat judul album debut dari band yang kita kenakan kausnya. Atau ketika polisi skena menanyakan lagu kesukaan dari sebuah band dan kita hanya menyebutkan sejumlah lagu populernya, kita mungkin harus bersiap dicap sebagai "poser" atau orang yang sebatas ikut-ikutan tren tanpa mengerti seluk-beluk band tersebut.

Lantas bagaimana sebetulnya polisi skena lahir dan berevolusi sebagai sebuah terminologi yang mengusik dunia permusikan? Jawabannya dapat ditelusuri dari kemunculan istilah skena pada tahun 90-an. Skena mewakili kata scene yang berarti adegan, panggung, ataupun suasana dalam bahasa Inggris sehingga maknanya tidak terbatas pada musik saja. 

Skena juga bisa dikategorikan untuk hal-hal lain seperti fashion, olahraga, dan sebagainya. Skena adalah konsep perkumpulan atau kolektif dari individu yang memiliki kesamaan pemikiran, cara, maupun selera dalam suatu hal.  Namun seiring waktu, skena mengalami pergeseran makna di kalangan penikmat musik. 

Hal tersebut tidak lepas dari berkembangnya minat kawula muda terhadap musik indie. Musik indie atau independen adalah musik yang diproduksi dan didistribusikan secara mandiri oleh artis atau label kecil tanpa bergantung pada label rekaman besar. Karya yang dihasilkan merupakan bentuk kreativitas dan ekspresi mereka sehingga cukup berbeda dengan selera pasar pada umumnya. 

Dengan banyaknya musisi indie yang bermunculan, sejumlah penikmat musik berasumsi bahwa semakin "indie" selera musik seseorang, maka semakin keren atau semakin "skena" orang tersebut. Pemikiran itulah yang mendorong munculnya polisi skena.

Dalam kamus skena musik, polisi skena merupakan istilah bagi seseorang yang merasa paling mengerti tentang musik dan tidak jarang mengomentari pendengar-pendengar musik lain. Entah itu dari segi cara menikmati musik, pengetahuan musik, dan lainnya. Polisi skena tidak hanya bermunculan di konser musik, tetapi juga di media sosial. 

Mereka kerap menunjukkan superioritasnya dengan memberikan komentar yang keras dan menghakimi kepada penikmat ataupun kelompok musik. Tak jarang, muncul juga celaan diskriminatif akibat perbedaan selera musik; biasanya karena musisi atau band yang didengarkan oleh seseorang tidak memenuhi kriteria "keren" atau "skena" menurut mereka.

Perilaku polisi skena ini mengingatkan saya akan kutipan dari musisi Nat King Cole yang berbunyi, "The people who know nothing about music are the ones always talking about it" 

Masifnya usaha mereka untuk unjuk gigi dengan membicarakan musik setiap waktu justru mencerminkan kegagalan mereka dalam memahami esensi musik yang sesungguhnya, yakni sebuah seni ekspresi diri bagi para pendengarnya dengan cara yang berbeda-beda. Penghakiman yang mereka bentuk hanya akan menciptakan atmosfer yang kurang baik dalam komunitas musik, terutama bagi para pendengar.

 Musik dapat berubah menjadi ajang kompetisi alih-alih sebagai sebuah pengalaman pribadi yang sepatutnya dinikmati. Hal itu juga mendorong penghentian eksplorasi dan diskusi musik yang sebetulnya merupakan bagian integral dari pengalaman mendengarkan musik.

Sebagai pelaku ataupun penikmat musik, kita dapat menyikapi isu ini dengan mengembangkan pola pikir yang lebih baik tentang keberadaan dan kedudukan musik. 

Di tengah hiruk-pikuk kemunculan polisi skena, kita perlu mengingat bahwa musik---dengan segala dinamikanya---pada dasarnya adalah perkara memahami. 

Memiliki pemahaman yang luas terkait musik tentu merupakan bentuk dukungan yang baik, tetapi memahami kedudukan dan keberadaan musik bagi tiap-tiap pendengar juga tak kalah pentingnya. Perbedaan selera serta cara menikmati musik tiap orang menjadi wujud nyata keragaman interpretasi artistik yang terbentuk dari berbagai latar belakang. 

Selain itu, musik juga merupakan sarana rekreasi pikiran sehingga tidak seharusnya pendengar terbebani dengan standardisasi polisi skena yang menuntut untuk mengetahui seluruh pengetahuan tentang musik. 

Kembali ke definisi musik, yakni seni suara yang menghasilkan keseimbangan dan kesatuan, penting untuk menjaga makna tersebut tetap hidup di skena musik masa kini. Maka dari itu, hendaknya kita bangun iklim yang harmonis bagi para musisi maupun penikmatnya dengan saling menghargai, tidak menghakimi, dan tidak mendiskriminasi. Sebab di atas segalanya, kita berbagi semangat dan kekuatan yang sama untuk menciptakan sebuah simfoni.

Referensi:

Alam, A. (2023, Februari 28). Geliat Poser dan Penghakiman Polisi Skena. Omong-Omong Media. Retrieved Oktober 25, 2023, from https://omong-omong.com/geliat-poser-dan-penghakiman-polisi-skena/ 

Puspitalova, A. (2023, Agustus 9). Mengenal Istilah Polisi Skena dan Alasan Mereka Dianggap Menyebalkan. Retrieved October 25, 2023, from https://seleb.tempo.co/read/1757804/mengenal-istilah-polisi-skena-dan-alasan-mereka-dianggap-menyebalkan

Vindes (2023, Agustus 16). Iqbaal Ketemu Abang-abangan Skena? [Video]. YouTube, https://youtu.be/3hYGmHSWxWY?si=XBlRRdcKZrM9fdF7 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun