Bahkan, hal yang sangat berat sekalipun jika dibagi, ia akan jadi ringan.
Dengan apa? Apapun! Eitss... tapi tentunya kita harus pilah pilah dulu dengan siapa kita menceritakan keluh kesah kita. Karena tujuan utamanya kan biar jadi lega, ya. Jangan sampai, setelah bercerita justru keadaan kita maki terpuruk, bahkan jangan sampai lah, hal yang kita ceritakan menjadi tersebar kemana-mana.
Hal yang paling dekat dari mengungkapkan isi hati kita adalah dengan bercerita. Jika berkesempatan mengutarakannya dalam bentuk lisan, kita bisa menyampaikan apa yang dialami kepada orang-orang terdekat yang dipercayai.Â
Namun, jika masih ragu-ragu, bisa juga memilih untuk membaginya melalui tulisan. Iya! Bisa melalui artikel, caption unggahan di media sosial, atau apapun bentuk tulisan lain yang sekiranya buat kamu lega.Â
Tentu, lebih hati-hati lagi jika kamu memilih membaginya di dunia maya. Secara lokasi, memang terlihat saling berjauhan jika di dunia maya, namun terkait etika dan sebagainya, tetap dibawa juga ya. Karena mau dunia nyatata ataupun maya juga hal tersebut masih harus tetap dilestarikan.
Selama kurun waktu pandemi ini, menjadi tahun yang cukup banyak melahirkan kesedihan-kesedihan baru. Mulai dari kejadian nyata yang ada di lingkungan kita, hingga berita yang disebarluaskan melalui berbagai media.Â
Meski demikian, seharusnya gak bikin semangat kita untuk terus memperhatikan kesehatan diri sendiri. Lebih lebih kesehatan mental yang cukup dinaik turunkan dengan kondisi yang seperti ini.Â
Bahkan beberapa waktu lalu, juga sempat mengalami sedemikian rupa hal hal yang lauar biasa. Mulai dari memperpanjang semester pendidikan tinggi, kendala finansial, kendala penelitian tugas akhir, terkena sakit, dan berbagai macam kejadian yang cukup membuat diri berhenti sejenak untuk melangkah.
Mengakui diri sendiri sedang tidak baik baik saja memang bukan sebuah kelemahan. Justru hal demikian semakin menunjukkan bahwa diri kita mengenali diri kita.Â
Karena dengan demikian, kita jadi tahu, kapan kita melangkah, berhenti sejenak untuk bernafas, hingga menuju pada fase menjalani kembali. Memang benar, di masa sekarang, kolaborasi terhebat bukan lagi jika kita bisa menjalin dengan orang di sekeliling kita.Â
Melainkan, jika sudah berhasil bekerja sama dengan baik bersama diri sendiri, hal hal demikian akan mendekat dengan sendirinya. Karena dirasa telah matang dalam hal regulasi diri.
Menjadi manusia yang termanusiakan adalah sebuah proses. Memang untuk menjadi atau bahkan sampai pada fase terbuka adalah sebuah perjalanan, bukan perlombaan siapa yang cepat.Â
Ketika seseorang sudah mencapai pada tahapan itu, bisa jadi ia lebih nyaman karena merasa mudah sekali untuk berbagi.Â
Namun juga terkadang cukup menjadi sebuah perjuangan jika hal demikian dikenalkan kepada seorang yang mungkin selama hidupnya belum mengenal bagaimana itu bercerita, apakah baik baik saja jika perasaan kita diketahui oleh orang lain.Â
Pikiran-pikiran demikian akan muncul jika sejak dini ia belum mengetahui keuntungan keuntungan menjadi seorang yang terbuka dengan lingkungan terdekatnya.
Dikuti dari laman Verywellmind, menjadi seseorang yang berifat terbuka akan mudah menerima hal dalam berbagai jenis sudut pandang, toleransi. Beberapa keuntungan dari berfikir terbuka yang akan dapat menguntungkanmu diantaranya:
Wawasan dan pengalaman baru.Â
Memiliki pikiran yang lebih terbuka membuatmu lebih bisa untuk mempertimbangkan ide-ide baru serta dapat menjembatani dirimu terhadap berbagai pengalaman baru.
Menjadi Lebih optimis.Â
Dirasa telah mencapai pertumbuhan diri yang lebih baik lagi, berfikir terbuka dapat membantu diri untuk lebih percaya diri tentang apa yang akan kita pelajari, karena paham bahwa belajar itu tidak ada hentinya.
Lebih kuat mental. Â
Terbuka terhada ide dan pengalaman baru membantumu menjadi orang yang lebih kuat lagi dan lebih siap menerima perbedaan dari berbagai pihak. Dengan demikian kita juga secara otomatis tergerak untuk terus tumbuh.
Terlalu banyak hal hal positif dari bersikap openmind, sehingga sikap demikian sangat dianjurkan lebih lebih dimiliki dalam situasi naik turun selama pandemi ini.Â
Menjadi seorang yang berpikiran terbuka akan jauh lebih membuat diri kita tetap menjadi waras dan tidak tergerus oleh berita berita kesedihan yang ada. Karenanya, kegiatan kegiatan yang dijalani pun tidak meluli soal overthinking yang membuat sedih berkepenjangan~
Yuk, bisa yuk. Coba lebih terbuka lagi....seenggaknya untuk diri sendiri, deh. Nanti kalau sudah mulai bertemu alurnya, pasti bisa menyesuaikan. Seenggaknya sudah bisa mulai mengetahui teman kerja di tempat baru, kamu sudah hebat banget.Â
Semoga betah dan akrab terus ya~~~ Semangat belajar tanpa batas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H