Isu Gender adalah hal yang selalu saja menarik perhatian oleh banyak orang. Sejauh ini, terkait isu yang diangkat masih saja berkutat perihal perempuan. Baik itu persoalan diskriminasi ataupun mengenai penghilangan hak hak terhadap mereka.
Dalam buku Women's Studies Encyclopedia, gender adalah suatu konsep kultural yang berkembang di masyarakat yang berupaya membuat perbedaan peran, perilaku, mentalitas dan karakter.
Pengertian secara umum dapat diketahui bahwa gender adalah perbedaan yang tampak antara lelaki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Sejauh ini hal yang sering dibahas dalam gender adalah dari perspektif perempuan. Beberapa fenomena kerap kali tumbuh akan hal itu.
Membicarakan gender khususnya di Indonesia, pemerintah telah berupaya untuk memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Upaya tersebut masih dalam lingkup pendidikan mulai dari Sekolah dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT).
Meskipun masih menghadapi tantangan dalam mengurangi kesetaraan gender di bidang pendidikan, setidaknya presentasi perempuan pada pendikan telah mencapai kenaikan jika dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) pada tahun 2016.
Baca juga : Perempuan Indonesia Jangan Takut Kata Orang
Jumlah penduduk perempuan Indonesia memang belum sebanyak laki-laki. Pada 2016, Badan Pusat Statistik menyebut jumlah penduduk Indonesia adalah 158,71 jiwa, dan 128,72 juta jiwa diantaranya adalah perempuan. Kondisi yang sudah berimbang jika dilihat dari sudut komposisi penghuni sebuah negara. Namun kembali lagi dengan mitos gender yang tengah menghantui masyarakat kita.
Namun hal itu juga tidak bisa lari dari kenyataan jika secara global ketimpangan masih saja terjadi, bahkan dilihat dari sektor pendidikan saja yang menjadi dominan dalam tingkat pendidikan tinggi adalah laki-laki. Stereotip maskulinitas masih menjadi budaya patriaki dalam generasi tua, sehingga menjadikan minimnya representasi perempuan pada bidang bidang tertentu yang dianggap kurang mumpuni.
Padahal jika kita lihat banyak sekali perempuan Indonesia yang seharusnya layak untuk meperjuangkan mimpinya, namun terpaksa secara tiba tiba menghentikannya dikarenakan masih mudahnya mereka memasukkan hati omongan omongan lingkungan yang selalu mempermasalahkan kodrat sebagai perempuan. Kerap kali batasan tidak adil itu dibangun dalam hubungan sosial bermasyarakat bagi perempuan. Budaya melemahkan tersebut justru akan mempersempit dalam menjalani kehidupan.
Hal itulah yang kemudian memunculkan adanya Impostor Syndrome bagi perempuan. Melalui anggapan anggapan bila perempuan tidak lebih kompeten dibanding laki-laki dalam hal pengetahuan akan membuat mereka semakin ragu akan pencapaian yang telah didapatkan. Kekhawatiran akan hasil yang telah ia capai itu merupakan jerih payahnya atau hanya kebetulan belaka menjadi dampak pada kasus ini.
Baca juga : Kerikil Tajam Dunia Pendidikan untuk Perempuan