Permainan tradisonal seperti engklek, congklak, lompat tali, hingga balap karung diyakini dapat mendorong perkembangan keterampilan sosial dan emosional anak
Pagi ini, saya bersama Komunitas Dulinan malang mendapat kesempatan untuk merasakan serunya bernostalgia dengan kembali ke masa kecil menggunakan perantara permainan tradisional bersama Turun Tangan Malang. Kegiatan yang bertajuk "Djadoelympic" sangat berhasil membawa saya dan tentunya teman-teman lain merasakan betapa seru dan meriah-nya kehidupan kita para generasi 90-an kala itu.
Dewasa ini, semakin banyak pemuda pemuda yang peduli dengan kegiatan yang bertujuan untuk pelestarian nilai-nilai budaya yang ada di dalam negeri tercinta ini. Termasuk didalamnya adalah sebagai ajang untuk mengkampanyekan ajakan untuk senantiasa melestarika budaya memainkan permainan tradisional yang semakin terkikis oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Namun, siapa sangka bahwa dibalik pernyataan yang mengungkapkan sebatas kesenangan dalam memainkan permainan tradisional ternyata juga terbukti masih memiliki manfaat lain yang tentunya tak kalah bermanfaat
Congklak
Dengan saling berhadap-hadapan, keduanya dapat melakukan pertandingan dengan membuat menyebarkan biji congklak sebelum permainan dimulai. Kelihatannya sangat sepele bukan, hanya dengan bekal memindah-memindahkan biji congklak berurutan dari wilayah kita hingga berakhir dengan perolehan harta untuk mengisi rumah/gunung kita.Â
Anak usia dini pasti pandai sekali memainkannya. Eits, tapi siapa sangka bermain congklak dapat dimainkan semudah itu. Justru permainan ini sangat menantang pemain untuk lebih teliti lagi dalam mengatur strategi. Bukankah tujuan dari permainan ini untuk meperoleh biji congklak sebanyak-banyaknya?Â
Dan lagi, jika anda ingin menjadi seorang pebisnis yang sukses, mungkin juga bisa belajar dari permainan ini. Betapa tidak, saat bermain congklak kita juga dituntut untuk memikirkan tentang untung rugi yang akan didapat setelah memutar atau dalam istilah  jawa mengicir biji congklak hingga berujung menjadi harta yang didapat diakhir permainan.
Engklek
Kalian tahu tidak, bahwa dibalik permainan engklek yang cukup menguras tenaga karena dalam bermain ini dibutuhkan kemampuan memangkat satu kaki sampai melompat. Selain itu, kemapuan keseimbangan juga sangat dibutuhkan karena jika tidak, maka yang terjadi adalah pemain tidak dapat mengondisikan tubuh sehingga berujung dengan jatuh atau badan goyang-goyang tidak seimbang.
Egrang Bathok
Permainan tradisional cenderung sederhana dalam alat namun syarat akan manfaat dalam megembangkan daya imajinasi dan kreatifitas tinggi bagi anak-anak. Hampir seluruh model permainan tradisional tidak hanya memberikan efek kegembiraan yang sesaat namun juga dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak seperti motorik daya tahan fisik, daya lentur. Dan yang tidak kalah penting dengan adanya permainan tradisional dapat mewariskan nilai-nilai luhur  seperti nilai-nilai kebersamaan, tanggung jawab, sikap lapang dada, dorongan berprestasi, serta taat kepada aturan.
Jadi, bukti nyata untuk terus melestarikan keberlangsungan permainan tradsional sangat banyak caranya, salah satunya adalah dengan mengajak pemuda untuk berkegiatan di mana didalamnya menggunakan permainan tradisional sebagai personal branding dari sebuah komunitas. Jadi, bertemu dengan permainan-permainan di atas tidak lagi saat perayaan 17 agustus, melainkan berada di setiap sudut raut senyum anak-anak di indonesia. Semoga bermanfaat
Malang, 10 Februari 2018
Alfiyah Qurrotu A'yunina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H