Usia muda merupakan usia yang sangat matang untuk melakukan segala aktivitas dalam proses pengembangan kemampuan dari dalam diri. Banyak orang berkata bahwa masa muda merupakan masa yang tepat untuk melakukan produktifitas dalam keseharian, dan mengklaim bahwa pemuda mempunyai jiwa semangat dan rasa ingin mengembangkan diri yang tinggi.Â
Bapak Proklamator Indonesia Ir. Soekarno pernah menuliskan sebuah kalimat yang berbunyi "berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia", tentu saja kalimat tersebut mempunyai makna yang sangat luar biasa.Â
Hal ini terlihat perbandingan jumlah antara orang tua yang lebih banyak dari pemuda, namun dengan sepuluh pemuda tersebut dapat mengguncangkan dunia, ini menunjukkan gambaran akan kedahsyatan jiwa-jiwa pemuda yang semangat dan tidak kenal lelah.
Tetapi jauh setelah bangsa ini merdeka dari belenggu penjajahan, terdapat beberapa pemuda yang kehilangan semangat dan rasa eksplorasi terhadap  dirinya.Â
Saat ini, ditemukan banyak sekali pemuda-pemuda yang gampang stress, mental illness dan gangguan mental lainnya. Sebenarnya apa yang melatar belakangi pemuda-pemuda ini gampang mengalami gangguan mental seperti contohnya stress tersebut? Hal tersebut menjadi pertanyaan bagi kita semua.Â
World Health Organization (WHO) menyatakan penyebab usia muda sangat rentan mengalami stress karena pada masa pertumbuhan mereka menginjak usia muda, waktu mereka dihabiskan dengan banyak perubahan dan penyesuaian segala bentuk aktifitas yang menguras tenaga dan fikiran.Â
Misalnya ketika seseorang merasa jenuh dengan dihadapkan oleh oleh kehidupan perkuliahan yang monoton, konflik dalam suatu hubungan yang terjalin, finansial yang tidak terpenuhi secara langsung dapat merubah mental seseorang yang tadinya baik-baik saja menjadi kepikiran dan akhirnya stress muncul.
WHO memberikan data perihal kesehatan mental yang sangat umum terjadi adalah depresi dan kecemasan, 75% gangguan mental emosional sebelum menginjak usia 24 tahun.Â
Dari media digital Kumparan terdapat sebuah lansiran yang diambil dari perbincangan tim temali media dengan Sri Maslihah seorang Psikologis Klinis dan juga dosen di Universitas Pendidikan Indonesia, menurut beliau, gangguan kesehatan mental yang paling sering terjadi adalah gangguan kecemasan berlebihan dana faktornya tidak bisa dilepaskan dari yang namanya perkembangan lingkungan, ini juga termasuk bagaimana pesatnya informasi media massa yang membuat pemuda belum siap dengan cepatnya perkembangan digital yang didasari oleh faktor internal pemuda itu sendiri.
Pemuda milenal yang kerap kita temui saat ini bermacam-macam kondisi mentalnya saat sedang mengalami kecemasan, ada yang merasa stress, tertekan bipolar dan juga tak menutup kemungkinan untuk melakukan bunuh diri ataupun menyakiti dirinya sendiri. Puncak seseorang mengalami tekanan yang akhirnya mereka stress adalah munculnya tindakan melukai diri sendiri atau percobaan bunuh diri, akan tetapi sebelum ada difase puncak biasanya seseorang akan mengalami bad mood atau perasaan yang jeleklalu berpindah ke fasi moodswing (perasaan yang berbolak-balik).Â
Namun, sebelum berada di fase puncak kita dituntut untuk mampu mengkondisikan badan dan pikiran kita agar selalu berada di jalan yang semestinya.Â
Ketika diri sudah menjumpai tanda-tanda semacam itu tentu yang pertama dilakukan adalah lebih terbuka dengan sahabat/teman, orang tua, kerabat dan seseorang yang mempu mendengar keluh kesah kita. Selain itu, seseorang bila mengalami hal itu harus mulai belajar mengenali dan mengontrol diri kita sendiri.
Maraknya angka bunuh diri pada remaja, bipolar yang didominasi oleh kalangan remaja, depression dan sejenisnya, lebih membukakan mata masyarakat akan pentingnya edukasi mengenai mental health dan pengenalan diri sendiri. Ketika kita mengenal diri sendiri selanjutnya kita mampu mempersiapkan mental untuk menghadapi segala hal kedepannya, setelah itu kita akan mampu mengontrol apa yang diri kita rasakan dan mampu untuk melakukan recovery terhadap diri ini. Peran psikolog dan pihak-pihak berwenang harusnya peka dengan fenomena sosial ini, karena bila angka kematian pemuda diakibatkan karena tekanan atau stress, menurut saya sangat disayangkan sekali hidup di Indonesia dengan segala bentuk toleransi dan saling menghargai satu sama lain. Citra bangsa itu ada pada pemuda-pemudanya sebagai agent of change yang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H