Mohon tunggu...
Qurotul Ayun
Qurotul Ayun Mohon Tunggu... Editor - Editor dan Penulis Buku

Pekerja Teks Komersial sebagai penulis dan editor buku di sebuah penerbit mayor di Yogyakarta. IG dan Twitter @ayunqee

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

De Tjolomadoe, Dongeng Panjang dari Masa Lalu

26 Juli 2019   10:40 Diperbarui: 1 Agustus 2019   08:42 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan dari Mangkunegara IV (Dokumentasi pribadi)

Pascarevitalisasi, De Tjolomadoe tampil dengan wajah baru. Modern tanpa kehilangan identitasnya yang dulu. Kekinian tanpa menghapus jejak masa silam. Justru dengan revitalisasi ini, sejarah Pabrik Gula Colomadu semakin dikenal oleh banyak orang. Foto-foto lama dipajang berjajar di dinding dengan tajuk "The Journey of Colomadu Sugar Factory". Imajinasi saya diajak menyusuri tahun demi tahun sejak PG. Colomadu berdiri. 

Lori-lori pengangkut tebu hingga proses penggilingan juga digambarkan lewat miniatur yang ditampilkan di dalam museum. Ditambah info-info menarik tentang tebu dan industri gula membuat De Tjolomadoe tak sekadar destinasi baru untuk berburu spot selfie, tetapi juga kaya informasi.

Perjalanan PG. Colomadu (Dokumentasi pribadi)
Perjalanan PG. Colomadu (Dokumentasi pribadi)
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dengan tiket masuk seharga Rp25.000, pengunjung sudah bisa menjelajahi ruang-ruang di pabrik gula ini. Sudut-sudutnya yang fotogenik menggoda setiap orang untuk membidiknya dengan lensa kamera. 

Dari bangunannya yang tinggi kokoh, pintu yang unik, dinding yang khas, mesin-mesin kuno yang besar, hingga sentuhan teknologi untuk menghasilkan spot foto instagramable di salah satu dinding. Kesan seram dan mangkrak yang sebelumnya melekat pada bangunan tua ini, pelan-pelan lenyap seiring dengan banyaknya pengunjung setelah revitalisasi.

Pintu yang unik di Colomadu (Dokumentasi pribadi)
Pintu yang unik di Colomadu (Dokumentasi pribadi)
Sampai sekarang, De Tjolomadoe masih hits sebagai tujuan wisata baru di Solo Raya, khususnya Karang Anyar. Aksesnya pun sangat mudah karena lokasinya tepat di tepi jalan raya. Jaraknya juga terbilang dekat dengan Bandara Adi Sumarno, hanya 4,6 kilometer. 

Sebagai destinasi yang mulai ramai dikunjungi, tentu De Tjolomadoe semakin menghidupkan geliat ekonomi masyarakat di sekitarnya. Juga menjadi penghasilan untuk BUMN yang mengelolanya.

Foto di sini juga cakep, loh (Dokumentasi pribadi)
Foto di sini juga cakep, loh (Dokumentasi pribadi)
Hal ini mengingatkan saya pada pesan Mangkunegara IV. Dan siang itu, sebelum meninggalkan De Tjolomadoe, saya meyakini satu hal. Benar apa yang disampaikan oleh Mangkunegara IV untuk merawat pabrik ini, karena meski tidak membuat kaya, tapi bisa menghidupi. Sekarang, walaupun tak lagi menjadi pabrik gula, De Tjolomadoe tetap mampu menghidupi, dengan cara lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun