Romlah terduduk lunglai di lantai. Ia terisak membaca tulisan itu.
Anakku, apabila aku harus mati nanti, dengarlah kata-kataku ini; kebenaran tidak akan terwujud kalau tidak kita rebut![4]Â
Ditulis untuk mengenang Salim Kancil, Lumajang.
Â
[1] Bahasa Jawa: "Pak, kamu mengigau?" Â
[2] Bahasa Jawa: Mimpi apa, Pak?
[3] Bahasa Jawa: "Rom... Romlah... kesinilah, Nduk."
[4] Penggalan puisi Kabar untuk Anakku karya Wiji ThukulÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H