Mohon tunggu...
Ayu Martin
Ayu Martin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

hobi: olahraga, membaca, traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tradisi "Puting-puting Ramadaan" di Desa Ketap, Bangka Belitung

14 Mei 2023   15:30 Diperbarui: 14 Mei 2023   15:44 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Dian Kurniawan

Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan kekayaan warisan budaya yang unik-unik dan menarik yang tersebar di seluruh pelosok daerah tak terkecuali daerah Bangka Belitung. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak di wilayah Indonesia bagian barat, terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dengan 4 kabupaten dan Pulau Belitung dengan 2 kabupaten yang semuanya memiliki budaya/tradisi khas daerahnya masing-masing.

Tak kalah dengan daerah lainnya di Indonesia, Bangka Belitung juga dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya akan sejarah dan budaya, belum lagi budaya-budaya daerah pelosoknya yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia, contohnya tradisi "Puting-Puting" di Desa Ketap, Kab. Bangka Barat.

Masyarakat di Desa Ketap ini memang dikenal sebagai masyarakat yang masih memegang teguh dan senantiasa melestarikan budaya leluhurnya. Mereka selalu kompak dalam mengadakan sebuah perayaan desa atau acara adat mereka. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membicarakan salah satu tradisi rutin yang dilakukan oleh warga Desa Ketap setiap Bulan Ramadhan yaitu tradisi "Puting-puting."

Nah, apa itu "Puting-puting" ? Berikut penjelasannya.

 

Foto oleh Dian Kurniawan
Foto oleh Dian Kurniawan

(Foto oleh Dian Kurniawan: Kegiatan puting-puting malam ke-25 dan ke-27 Ramadhan di Desa Ketap)
(Foto oleh Dian Kurniawan: Kegiatan puting-puting malam ke-25 dan ke-27 Ramadhan di Desa Ketap)

Informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara bersama dua warga asli Desa Ketap, Riski Rilandiah (22) dan Sarianti (22), dikatakan bahwa tradisi puting-puting ini merupakan kegiatan memberikan jajanan kepada anak-anak setempat di malam ke-5 likur dan ke-7 likur di bulan Ramadhan atau malam ke-25 dan ke-27 Ramadhan di Desa Ketap, Kec. Jebus, Kab. Bangka Barat.

Kegiatan ini merupakan tradisi turun temurun yang semula ditujukan untuk anak-anak namun kini dapat diikuti juga oleh orang dewasa. Mereka akan mendatangi setiap rumah warga yang ingin berbagi usai berbuka puasa hingga menjelang waktu Isya dengan membawa kantong plastik sebagai wadah penganan yang diberikan.

Bagaimana sejarah dan dinamikanya?

Berdasarkan informasi tambahan yang didapat dari postingan akun media sosial Dian Kurniawan (17/4/2023) menceritakan bahwa puting-puting memiliki arti sisa makanan seperti kue yang tidak habis dikemas dalam toples untuk perayaan Idul Fitri, bisa berupa kue kering atau kue basah. Namun seiring perkembangan zaman, makanan yang diberikan bukan lagi kue kering atau kue basah, melainkan berupa snack, buah-buahan, minuman, hingga uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun