Dalam konteks ini, berpikir kritis dalam sains melibatkan upaya untuk memahami realitas objektif di balik fenomena-fenomena tersebut. Ontologi menekankan pada pentingnya penggunaan logika dan rasionalitas dalam berpikir kritis. Ontologi menganggap bahwa pemikiran kritis harus didasarkan pada bukti-bukti konkret dan penggunaan metode ilmiah yang akurat. Berpikir kritis yang didasarkan pada pandangan ontologi akan membantu menghindari kesalahan penafsiran.
Secara keseluruhan, filsafat ilmu membantu kita memahami landasan dan batasan pengetahuan ilmiah, serta implikasi-implikasi filosofis yang terkandung di dalamnya. Melalui pemahaman ini, filsafat ilmu memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan dan penggunaan pengetahuan ilmiah dengan lebih bijak. Berpikir kritis secara keseluruhan melibatkan penalaran. Berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan operasional mental seperti deduksi, induksi, kalsifikasi, evaluasi, dan penalaran. (Syafitri et al., 2021). Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh setiap manusia pada saat ini, hal ini diperlukan untuk dapat bertahan dan berkompetisi dalam persaingan global. Penalaran adalah komponen dari berpikir kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Iii, B. A. B., & Penelitian, A. P. (2017). (Libary Research). 17(2), 36--42.
Syafitri, E., Armanto, D., & Rahmadani, E. (2021). Aksiologi Kemampuan Berpikir Kritis. Journal of Science and Social Research, 4307(3), 320--325. http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR
Unwakoly, S. (2022). Berpikir Kritis Dalam Filsafat Ilmu: Kajian Dalam Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Jurnal Filsafat Indonesia, 5(2), 95--102. https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42561
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H