Papa pernah berkata bahwa sebenarnya kegelapan dan ketidakpercayaanku terhadap apapun yang dunia berikan, adalah karena kurangnya dan nihilnya aku berserah dan bercerita kepada-Nya, pemilik seluruh alam semesta, pemilik seluruh raga dari semua mahluk yang hidup dan Ia yang berkuasa penuh atas hidup dan matinya.
Kehilangan-kehilangan yang telah aku lalui beberapa tahun belakangan; kekecewaanku, kemarahanku, kesedihanku terhadap penghianatan, ditinggalkan, dan seluruh kekejaman manusia yang perlahan telah merenggut seluruh kepercayaanku pada hidup hari ini Ia tanggalkan seluruhnya. Bahwa sebenarnya hidup itu sendiri merupakan anugerah terbesar yang tak ternilai maknanya, dan karenanya setiap hari perlu untuk disyukuri keberadaannya.
Kematian mungkin akan datang untuk menjemput siapapun yang bernyawa, hal itu adalah pasti dan hukum alam. Namun hari ini aku belajar, bahwa mungkin dari teriakan-teriakan dan himne kematian mahluk-mahluk yang kudengar hari ini adalah pertanda, bahwa yang mati pun sebenarnya masih ingin hidup lebih lama di dunia ini.
Oleh karena itu seberat apapun, bagaimanapun juga badai yang menghadang dan menghancurkan tak akan selamanya terus ada disana. Setelah badai usai, pasti matahari akan kembali dan menerangi seluruh alam semesta.
Karenanya, harapan itu akan selalu ada.
Malang, 3 Februari 2021
Ditulis pada Hari Raya Pagerwesi,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI