Masyarakat menyangsikan kebijakan PCR ini sebenarnya bukan karena alasan kesehatan, akan tetapi ada motif lain yakni bisnis, sehingga terdapat perbedaan tarif untuk PCR terutama pada transportasi udara.
Kesehatan Diperjualbelikan
Masyarakat banyak yang enggan dan jenuh dengan kebijakan yang banyak tidak memihak kepada rakyat menengah ke bawah. Seperti kasus artis yang lolos tanpa tes, padahal baru dari luar negeri. Atau ada kasus orang dari luar negeri bebas masuk ke Indonesia dan ternyata membawa varian virus baru.
Kapitalisasi kesehatan lebih tepatnya kondisi saat ini. Tidak ada sesuatu pun yang tidak diambil manfaatnya saat ini. Termasuk kesehatan, kesehatan diperjualbelikan dengan harga yang sangat mahal. Tak ada yang gratis dalam Kapitalis karena semua diukur untung dan rugi. Hanya orang-orang menengah ke atas yang dapat menikmati dengan mudah fasilitasi
 kesehatan. Hal ini bisa terjadi karena mereka memiliki daya beli yang tinggi.
Hal ini memunculkan ketidakadilan, rakyat menengah ke atas bisa bertahan hidup sedangkan rakyat menengah ke bawah sulit bertahan hidup dan sulit mendapatkan fasilitas kesehatan dengan baik.
Mewujudkan Keadilan
Islam telah memberikan contoh terbaik dalam penanganan wabah. Seperti kebijakan karantina wilayah yang ditetapkan agar virus tidak menyebar ke mana-mana. Tidak hanya karantina, akan tetapi memenuhi semua kebutuhan rakyat selama masa karantina.
Pemberian vaksin dan alat kesehatan serta pelayanan tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin. Akan tetapi, semua daya dan upaya dikerahkan agar wabah penyakit ini segera usai.
Negara memberikan pelayanan terbaik tanpa mempertimbangkan untung rugi. Berpikir memenuhi segala kebutuhan rakyat guna mempercepat penanganan wabah agar segera selesai. *[LM/Mi]*