Mohon tunggu...
Ayu GigihRizqia
Ayu GigihRizqia Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog - Penyiar Radio - Dosen Psikologi Universitas Proklamasi 45

Saya seorang psikolog dengan pengalaman sebagai HRD di perusahaan media. Saat ini masih aktif sebagai penyiar radio 100.2 FM JogjaFamily dan mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pelamar Overqualified, Apakah Sebaiknya Ditolak?

6 Agustus 2023   20:48 Diperbarui: 11 Agustus 2023   18:21 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melamar pekerjaan.(FREEPIK/IJEAB) 

Proses rekruitmen dan seleksi calon karyawan merupakan salah satu tahap penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM) di suatu organisasi atau perusahaan. 

Konsep the right man in the right place at the right time menjadi acuan bagi para rekruiter dalam mencari calon karyawan untuk dapat menduduki suatu jabatan di perusahaan. 

Proses seleksi dilakukan mulai dari seleksi administrasi, psikotes, wawancara dengan HRD sampai dengan wawancara dengan user. 

Tidak sedikit dari rekruiter yang memilih untuk tidak meloloskan kandidat karena yang bersangkutan termasuk overqualified.

Erdogan, dkk (2018) menyebutkan bahwa overqualified terjadi ketika seseorang memiliki pendidikan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang lebih tinggi dari kualifikasi yang disyaratkan dalam suatu jabatan. 

Karyawan yang overqualified dalam suatu jabatan seharusnya mampu berpikir dengan lebih baik, menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, bahkan seharusnya dapat menstimulasi seseorang untuk berinovasi. 

Namun demikian, dalam penelitian yang dilakukan oleh He, Dai, dan Sang (2023) dari Pingdingshan University, China menemukan bahwa karyawan yang overqualified justru tidak menunjukkan perilaku inovatif. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam teori deprivasi negatif di mana individu merasa adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. 

Karyawan yang overqualified memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang mereka miliki, namun kenyataannya mereka merasa mendapatkan tugas pekerjaan yang cukup mudah untuk diselesaikan.

Di sisi lain, Yuan, dkk (2023) tim peneliti dari Hunan University, China menyebutkan bahwa tim kerja yang memiliki anggota tim yang overqualified secara aktif mencari informasi dari lingkungan eksternal untuk mengembangkan rencana kerja strategis, dengan catatan tim tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional di mana pemimpin memiliki karisma, mampu memberi inspirasi, memberi contoh baik kepada bawahannya, serta memiliki visi dan tujuan yang jelas.

Lalu, apakah sebaiknya calon karyawan overqualified sebaiknya dihindari? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun