Mohon tunggu...
Ayu Fitri
Ayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Freshgraduate

sedang meningkatkan skill menulis, mohon bimbingannya

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bukan Pekerja Saja, Mahasiswa, dan Pelajar juga Overworking

2 Juni 2023   07:27 Diperbarui: 2 Juni 2023   07:32 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kata overworking pasti sangat familiar di masyarakat dan pasti banyak yang pernah mengalaminya. Overworking adalah istilah untuk menggambarkan seseorang yang berkerja keras melakukan suatu pekerjaan di luar kapasitas atau berlebihan. Pekerjaan dilakukan dalam waktu dan frekuensi yang berkepanjangan serta melebihi jumlah pekerjaan.

Overworking berbeda dengan lembur. Overworking membuat seseorang melakukan pekerjaan sampai tidak kenal lelah dan lupa untuk mengistirahatkan diri, baik secara fisik maupun mental, sedangkan lembur adalah melakukan pekerjaan tambahan, tetapi tidak mengambil hari libur sehingga seseorang dapat beristirahat dari lelahnya bekerja.

Berdasarkan penelitian dan survei yang dilakukan WHO (World Health Organization), bahwa jam kerja berlebihan dapat menyebabkan kematian yakni 398.000 orang meninggal karena stroke dan 347.000 mengalami sakit ginjal akibat bekerja terlalu lama.

Selain itu, peraturan mengenai jam kerja di Indonesia sudah tercantum pada pasal 77 Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020.

Membahas bahwa, pekerja Indonesia berkewajiban bekerja dalam seminggu hanya 6 hari, yakni 7 jam kerja dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu; atau bisa memilih 5 hari bekerja dalam 1 minggu, namun jam kerjanya menjadi 8 jam kerja dalam 1 hari dan tetap 40 jam kerja dalam 1 minggu.

Dapat disimpulkan bahwa apabila bekerja melebihi waktu dari 8 jam dalam 1 hari, dikatakan lembur dan menimbulkan overworking jika dilakukan terus-menerus.

Hal ini ditimbulkan sebab mindset pekerja adalah "Kerja untuk hidup, hidup untuk kerja". Orientasi yang dipegang adalah kerja, kerja, dan kerja. Kerja untuk sukses, kerja untuk kaya, padahal kerja tidak berujung sukses dan kaya apabila menimbulkan kelelahan serta sakit fisik dan mental sehingga menghambat semuanya.

Dalam wawancara via Minggu malam 21/5, seorang alumni siswa SMK jurusan tata boga mengalami overworking saat PKL. "Jadi waktu awal PKL yang bisa dibilang masih normal kerjaannya gak terlalu over, tapi setelah beberapa bulan, kita--anak PKL tuh dikasih kerjaan yang memang bukan jobdesk kita. Mau gak mau kita harus kerjain itu semua, sedangkan itu setara dengan pekerjaan karyawan. Kadang juga pulang gak sesuai jam, padahal kita anak training dan lebih parahnya kita kadang telat makan karena harus ngerjain pekerjaan itu. Dampaknya adalah kita jadi sering sakit sakitan, pulang terlalu larut jadi bahaya apalagi perempuan, banyak tekanan dari para senior buat kita jadi panik, dan susah fokus ke tujuan utama," paparnya.

Dapat disimpulkan bahwa budaya overworking dapat dilakukan oleh pelajar ataupun mahasiwa. Mereka mengerjakan tugas dengan sempurna dan mengejar deadline. Para pelajar dan mahasiswa rela mengerjakan tugas hingga larut malam bahkan sampai pagi untuk mengerjakan tugas. Tugas yang menumpuk membuat para siswa dan mahasiswa mengejar deadline sehingga lupa untuk memberi jeda untuk istirahat. Istirahat secara fisik maupun mental. Akibatnya, banyak pelajar meninggalkan pelajaran karena jatuh sakit bahkan banyak kasus yang meninggal karena overworking.

"Overworking? Aku pernah tuh, ngerjain tugas dari pagi jam 7 sampai hampir jam 1 atau 2 pagi gitu. Dampak yang aku terima tuh ya tidur kurang, pusing, mau muntah, panas, kepala sakit sebelah karena capek mikir," ujar siswa SMK jurusan tata busana pada wawancara 21/5.

Selain itu, mereka dituntut untuk siap bersaing di dunia kerja nanti. Akhirnya, mereka menyibukkan diri dengan mengikuti organisasi, kepanitiaan, volunteer, magang, ataupun freelance untuk menambah relasi, pengalaman, dan meningkatkan skill. Kegiatan itu terlihat produktif, tetapi memangkas waktu istirahat dan waktu luang. "Pernah overworking karena ngejar deadline. Jadi, capek mental dan fisik," ujar seorang alumni SMK jurusan tata busana dalam wawancara Minggu malam 21/5.

Perlu diketahui juga bahwa budaya overworking membuat seseorang tidak produktif, melainkan memberikan dampak negatif kepada seseorang, baik secara fisik maupun mental. Sakit fisik yang dapat terjadi akibat overworking, seperti :

1. Sakit kepala

2. Demam

3. Panas

4. Magh

5. Insomnia

6. Berat badan tidak ideal

Adapun sakit mental yang dirasakan, yaitu:

1. Emosi tidak stabil

2. Mudah marah

3. Depresi

4. Mudah lelah

5. Sering merasa cemas dan gelisah

Kini masyarakat tidak perlu bingung bagaimana melakukan suatu pekerjaan tanpa overworking karena ada beberapa cara efektif untuk mengurangi budaya overworking yang semakin menggila. Berikut cara melakukan suatu pekerjaan sampai selesai, tetapi tetap produktif dan tidak mengambil waktu istirahat dan waktu luang.

1. Mengenali kemampuan diri. Berani berkata "tidak" apabila ada pekerjaan di luar jobdesk atau di luar kapasitas.

2. Melakukan pekerjan dari yang besar sampai yang terkecil.

3. Membuat penjadwalan kerja atau to do list. Dengan demikian, pekerjaan yang utama akan cepat selesai dan dapat melakukan hal lain yang bermanfaat serta tidak menimbulkan burnout.

4. Mengetahui waktu istirahat dan bekerja.

5. Memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat. Istirahat yang dilakukan tidak hanya tidur, melainkan melakukan meditasi, berkomunikasi dengan sahabat, atau melakukan hobi.

6. Kurangi menggunakan sosial media karena dapat menghambat pekerjaan cepat selesai.

7. Ketika melakukan pekerjaan, siapkan cemilan, buah, dan air putih sebanyak 1 liter untuk tetap menjaga stamina dan cairan yang ada di dalam tubuh.

Seorang pelajar SMK jurusan tata busana yang melakukan pekerjaan secara online memberikan solusi dalam wawancara Minggu malam 21/5 supaya tidak terjadi overworking. "Untuk semuanya, kalau sudah ngerasa jenuh sama kerjaan, saran aku untuk bisa istirahat sejenak, menenangkan pikiran dan fisik untuk hal diluar kerjaan, dan usahakan tanpa gadget.

Jangan lupa untuk mengistirahatkan diri paling tidak 1 bulan 1 kali, supaya tidak terjadi burnout.

Jaga kesehatan fisik dan mental karena kalau sudah ketemu dokter biayanya lumayan bisa buat beli lighstick EXO hehe," paparnya.

Sebagai kesimpulan dari penjelasan di atas, masyarakat menormalisasi budaya overworking. Padahal, overworking berbeda dengan lembur dan bukanlah kegiatan yang produktif, melainkan kegiatan melakukan pekerjaan diluar kapasitas yang memberikan dampak negatif secara fisik dan mental kepada seseorang. Segeralah mengganti cara menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan tetap produktif dengan memberikan waktu luang untuk mengistirahat diri secara fisik, pikiran, dan mental. Konsultasikan ke dokter atau psikolog apabila seseorang sudah mendapatkan banyak dampak negatif karena overworking.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun