Apa adanya
- Dengan suara keras dan membuat pendengarnya panas. Bu Geni berkata,”Ini anak sudah hamil. Kenapa kamu sembunyikan. Kenapa malu? Mempunyai anak, bisa hamil itu anugerah. Bukan ditutup-tutupi, bukan dipencet-pencet dengan kain. Itu kan anak kamu sendiri”.
Tegas
- Dalam satu hajatan, tuan rumah pingsan karena disangka anak perempuan yang dinikahkan kabur. Ibu calon pengantin pingsan, bapak calon pengantin malu, dan sanak saudara mulai mencari ke teman-temannya. Padahal, sang calon pengantin ada di rumah. Bahkan setelah ditemukan, ibu calon pengantin masih menolak,”Itu bukan anak saya. Itu bukan anak saya”.
Dan Bu Geni berkata,”Ya sudah kalau bukan anakmu, berarti anakku. Ayo kita pulang”.
Latar:
Waktu:
Bulan Desember
- Bagi Bu Geni, semua bulan adalah Desember. Bulan lalu, sekarang ini, atau bulan depan berarti Desember.
Jumat
- Maka kalau berhubungan dengannya, lebih baik tidak berpatokan kepada tanggal, melainkan hari. Kalau mengundang bilang saja Jumat dua Jumat lagi. Kalau mengatakan tanggal 17, bisa repot. Karena tanggal 17 belum tentu jatuh hari Jumat. Kalau memesan tanggal 17, bisa-bisa Bu Geni tidak datang sesuai hari yang dijanjikan.
Tempat:
Rumah pak bupati
- Kalau tidak salah, kejadian itu berlangsung di rumah pak bupati.
Sudut Pandang:
Orang ke-tiga serba tahu
- Di dalam cerpen,kita menceritakan atau mejelaskan tokoh utama tetapi kita tidak termasuk dalam cerpen tersebut.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!