Mohon tunggu...
Ayub Wahyudin
Ayub Wahyudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Bukan Anak dari Trah Ningrat, Maka Menulis untuk menjadikan Hidup Lebih Bermartabat!!

Penulis Buku Bajik Bijak Kaum Sufi, Pemuda Negarawan, HARMONI LINTAS MAZHAB: Menjawab Problem Covid-19 dalam Ragam Perspektif. Beberapa tulisan opini terbit di Kompas.id, Koran Tempo, Detik.com, Republika.id, serta beberapa tulisan di jurnal Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektivitas Alih Fungsi Orangtua dalam Metode Pembelajaran Virtual Pendidikan Karakter

30 Agustus 2020   15:12 Diperbarui: 30 Agustus 2020   15:16 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Efektifitas Alih Fungsi Orang Tua dalam Metode Belajar Virtual Pendidikan Karakter

Oleh Ayub Wahyudin

Kebijakan dan Gagasan Pendidikan Karakter

Kebijakan tentang pembelajaran “Tatap Muka” di Sekolah maupun Kampus, masih menjadi perhatian penting di Zona terdampak Covid-19. Protokol Kesehatan yang diterapkan oleh masing-masing institusi Sekolah maupun Kampus belum mampu meningkatkan kepercayaan publik tentang efektifitas penghambat laju penyebaran Covid-19.  Dilema situasi di tengah pandemi mulai dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Terutama bagi para orang tua murid yang mulai gelisah serta keawalahan dalam mendidik putra putrinya. Meskipun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengizinkan sekolah tatap muka di zona kuning dan zona hijau dengan perbandingan total sekolah yang membuka tatap muka tercatat sebanyak 4.966 Sekolah dan 23.258 Sekolah melakukan pembelajaran di rumah (Data terkait, 28/08/2020).

Selama proses belajar virtual di rumah yang digagas pemerintah beserta institusi terkait, upaya dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Televisi Nasional melalui siaran langsung materi belajar untuk membantu siswa memahami materi dan mempermudah orang tua yang mendampingi anaknya. Selain materi pendikan kognitif, siswa juga harus mengerti tentang ranah afektif yaitu watah, prilaku, minat, nilai, emosi dan lain sebagainya yang termasuk dalam pendidikan karakter sebagai manifestasi dari pelestarian budaya dan tradisi luhur bangsa: etika, moral, perilaku, akhlaq melalui berbagai nilai karakter nasionalisme, karakter integritas, karakter mandiri, karakter gotong royong yang efektif dengan metode belajar tatap muka serta pendampingan siswa.

Rumusan Kebijakan dan Pengembangan pendidikan karakter menjadi prioritas 2020-2025, mencakup tentang prioritas pendidikan karakter berdasarkan nilai kognitif yang sifatnya moral dan akhlaq, yang diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari serta membutuhkan pendampingan yang simultan.

Fakta Alih Fungsi Peran Orang Tua

Situasi kontemporer, Institusi Pendidikan dihadapkan pada berbagai persoalan tentang: Bagaimana efektifitas meningkatkan kemampuan siswa? Apakah dengan mekanisme Belajar Virtual siswa mampu meningkatkan potensi peningkatan akademik? Bagaimana mekanisme monitoring serta evaluasi keilmuan siswa di era pandemi? Serta Bagaimana meningkatkan pemahaman dan praktik pendidikan karakter bagi siswa?. Kerjasama antara guru, orang tua serta perangkat desa dan pemangku kebijakan diharapkan bisa berjalan efektif dalam proses belajar mengajar virtual. Selain keterbatasan akses virtual dalam menjangkau daerah terdampak kalangan menengah ke bawah, meskipun terdapat bantuan akses online berupa pulsa untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Namun, pengawasan menjadi faktor penting dalam upaya melihat efektifitas berbasis monitoring dan evaluasi. Semua perangkat tersebut harus dibangun secara sinergis dan berkelanjutan.

Kementerian Agama mengapresiasi kaum ibu yang berperan sebagai garda terdepan pembentukan karakter siswa dengan berbagai kegiatan produktifnya. Upaya menghadapi Normal Baru, tidaklah mudah. Terutama, bagaimana peran instutusi pendidikan bekerjasama dengan “kaum ibu” dalam meningkatkan inovasi pembelajaran nilai kognitif siswa melalui penghayatan yang afektif dan dapat dirasakan manfaatnya.

Fakta lapangan yang menjadi kritik terhadap berbagai kebijakan tentang penanganan pembelajaran inovasi daring (dalam jaringan), terkait dengan persoalan kemampuan para ibu dalam mendampingi, mengawasi serta memfasilitasi putra-putrinya belajar di rumah, dengan rutinitas yang padat sekaligus menjadi pendidik dalam situasi gempuran pandemi yang memukul berbagai sektor pendidikan termasuk juga penurunan ekonomi keluarga, sehingga harus memikirkan dampak ekonomi, menekan pengeluaran semaksimal mungkin, serta mencari solusi menyeimbangkan pemasukan.

Keluhan dan kritik para ibu ini menjadi catatan evaluasi yang harus dicari solusi terbaiknya, karena situasi pandemik yang relatif lama serta menuntut kesabaran, serta daya juang yang kuat. Faktanya, anak didik sulit untuk dikendalikan, diarahkan, dipantau untuk mengerjakan berbagai tugas beruntun yang membosankan, monoton, tidak menarik dari para guru melalui media daring. Seringkali fakta ini diabaikan oleh para pendidik yang tidak berhadapan langsung dengan para siswa. Tekanan ini, dirasakan para ibu juga para siswa. Banyak pakar berbicara tentang pentingnya inovasi para guru dalam membentuk karakter di era pandemi, tetapi sedikit dan jarang yang berupaya melihat bagaimana alih fungsi ini dilakukan oleh orang tua murid. Bagaimana mengatasi keterbatasan orang tua dari berbagai hal.

Secara teoritis, pengembangan karakter memerlukan rancangan yang aktif tanpa memaksakan kehendak tetapi melalui proses pengalaman sosial yang terbuka, pengembangan kreativitas, sosial, spiritual serta intelektual.. Metode Contextual Teaching and Learning, Quantum Learning Bermuatan Karakter, serta teori lainnya penting untuk terimplementasi. Tetapi alih fungsi pembelajaran agar tidak membosankan dirumah, mekanisme memotivasi anak didik dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, meningkatkan kedisiplinan, melepaskan kecanduan siswa menggunakan gadget untuk bermain game, Youtube, dan lainnya harus juga dimengerti oleh orang tua, WHO telah menyatakan Qualification Of Disease bahwa Kecanduan Game sebagai gangguan kesehatan Jiwa. Gagasan dan wawasan terkait peningkatan kemampuan orang tua tentang kebijakan Habituasi yakni diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten dengan cara simultan. Habituasi membutuhkan kesadaran yang luar biasa dari orang tua murid dalam upaya peningkatan kreativitas, metode serta evaluasi mendidik siswa.

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Era Pandemi

Peran orang tua dalam meningkatkan pembentukan karakter sebelum adanya pandemi sudah memasuki tahap kritis. Yakni bagaimana peran orang tua secara langsung menjadi model bagi pembentukan karakter siswa. Banyak ditemukan berbagai kasus menyeruak tentang pembangkangan anak terhadap guru, orang tua, serta orang orang yang harusnya dihormati sebagai pembimbing, pendidik, penasehat, serta pengasuh. Kejahatan anak didik meningkat seperti dalam kasus pornografi dan kejahatan online sebanyak 306 anak. Selain itu, anak juga menjadi korban dengan jumlah  426 anak. Dalam kasus perundungan di media sosial terdapat 281 anak dan pelaku perundungan sebanyak 291 (CNN Indonesia, 10/02/2020). Situasi pandemi menambah deretan kegelisahan tentang fenomena krisis budi pekerti siswa dan peran orang tua semakin berat, sebagaimana dengan sederet persoalan yang telah dijelaskan.

Orang tua secara khusus dalam era pandemi memiliki peran pendidik sebagai: pertama, fasilitator yakni membantu untuk memberi pemahaman membuat rencana serta panduan sesuai dengan fakta anak didik dalam mencapai pendidikan bermutu, oleh karenanya harus dilibatkan dalam posisi tertentu mendiskusikan gagasan terbaik dalam mendidik anak bersama para guru dan civitas sekolah. Kedua, orang tua sebagai pembimbing dan pendamping, yakni membuat jadwal serta aturan bersama, merancang ide kegiatan, mengingatkan anak dalam aktivitas positif, mendampingi serta memantau kegiatan anak jika diperlukan, Ketiga, Sebagai evaluator yakni memberikan reward atas perilaku serta hasil yang baik untuk memotivasi dan meningkatkan kesadaran anak serta melakukan punish dari aktivitas negatif, sesuai kapasitas dan tidak melanggar hak anak. Keempat, Sebagai Role Model  yang akan diteladani prilaku baik dan buruknya. Oleh karennya orang tua harus menyadari perannya sebagai role model dan mengubah perilaku yang buruk menjadi baik. Seberapa hebatnya strategi serta peran yang telah disebutkan diatas, jika orang tua tidak mencerminkan prilaku yang baik, maka anak akan meniru perilaku orang tuanya.

Begitu pentingnya peran orang tua dalam membentuk pendidikan berkarakter, mengatur, mengingatkan, membuat jadwal, mengevaluasi, serta memberi pemahaman sekaligus sebagai Role Model  bagi anak. Sudah cukup untuk mengaingatkan tentang berbagai kebijakan serta peningkatan kapasitas orang tua dalam pembelajaran virtual mendapat perhatian dari policy maker (pembuat kebijakan), institusi pendidikan, pemerintah pusat dan daerah

Rekomendasi

Belum dirasakannya efektivitas pembelajaran virtual dalam membentuk karakter, serta fakta yang dihadapi orangtua dalam melakukan bimbingan pembentukan karakter anak didik, juga penurunan karakter anak didik yang semakin mengkhawatirkan melalui kasus-kasus asusila dan kejahatan anak lainnya. Maka, Fenomena tersebut harus dijadikan catatan serta rekomendasi tindaklanjut yang mendesak dari pemerintah dalam upaya meningkatkan strategi pembelajaran virtual yang tepat, melalui berbagai sudut pandang kemampuan guru, orang tua, serta seluruh institusi yang terlibat. Tulisan ini diharapkan menjadi perhatian bersama serta kepentingan tentang strategi alih fungsi yang dibebankan kepada orang tua dalam melakukan pendidikan berkarakter untuk kemaslahatan bersama. Sebagaimana terdapat dalam Rancangan implementasi Nawacita tentang Gerakan Revolusi Mental (GRM) yang diusung pemerintah, dan rancangan acuan kementerian lembaga, pemerintah pusat dan daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun