Mohon tunggu...
Ayub Wahyudin
Ayub Wahyudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Bukan Anak dari Trah Ningrat, Maka Menulis untuk menjadikan Hidup Lebih Bermartabat!!

Penulis Buku Bajik Bijak Kaum Sufi, Pemuda Negarawan, HARMONI LINTAS MAZHAB: Menjawab Problem Covid-19 dalam Ragam Perspektif. Beberapa tulisan opini terbit di Kompas.id, Koran Tempo, Detik.com, Republika.id, serta beberapa tulisan di jurnal Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektivitas Alih Fungsi Orangtua dalam Metode Pembelajaran Virtual Pendidikan Karakter

30 Agustus 2020   15:12 Diperbarui: 30 Agustus 2020   15:16 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Secara teoritis, pengembangan karakter memerlukan rancangan yang aktif tanpa memaksakan kehendak tetapi melalui proses pengalaman sosial yang terbuka, pengembangan kreativitas, sosial, spiritual serta intelektual.. Metode Contextual Teaching and Learning, Quantum Learning Bermuatan Karakter, serta teori lainnya penting untuk terimplementasi. Tetapi alih fungsi pembelajaran agar tidak membosankan dirumah, mekanisme memotivasi anak didik dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, meningkatkan kedisiplinan, melepaskan kecanduan siswa menggunakan gadget untuk bermain game, Youtube, dan lainnya harus juga dimengerti oleh orang tua, WHO telah menyatakan Qualification Of Disease bahwa Kecanduan Game sebagai gangguan kesehatan Jiwa. Gagasan dan wawasan terkait peningkatan kemampuan orang tua tentang kebijakan Habituasi yakni diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten dengan cara simultan. Habituasi membutuhkan kesadaran yang luar biasa dari orang tua murid dalam upaya peningkatan kreativitas, metode serta evaluasi mendidik siswa.

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Era Pandemi

Peran orang tua dalam meningkatkan pembentukan karakter sebelum adanya pandemi sudah memasuki tahap kritis. Yakni bagaimana peran orang tua secara langsung menjadi model bagi pembentukan karakter siswa. Banyak ditemukan berbagai kasus menyeruak tentang pembangkangan anak terhadap guru, orang tua, serta orang orang yang harusnya dihormati sebagai pembimbing, pendidik, penasehat, serta pengasuh. Kejahatan anak didik meningkat seperti dalam kasus pornografi dan kejahatan online sebanyak 306 anak. Selain itu, anak juga menjadi korban dengan jumlah  426 anak. Dalam kasus perundungan di media sosial terdapat 281 anak dan pelaku perundungan sebanyak 291 (CNN Indonesia, 10/02/2020). Situasi pandemi menambah deretan kegelisahan tentang fenomena krisis budi pekerti siswa dan peran orang tua semakin berat, sebagaimana dengan sederet persoalan yang telah dijelaskan.

Orang tua secara khusus dalam era pandemi memiliki peran pendidik sebagai: pertama, fasilitator yakni membantu untuk memberi pemahaman membuat rencana serta panduan sesuai dengan fakta anak didik dalam mencapai pendidikan bermutu, oleh karenanya harus dilibatkan dalam posisi tertentu mendiskusikan gagasan terbaik dalam mendidik anak bersama para guru dan civitas sekolah. Kedua, orang tua sebagai pembimbing dan pendamping, yakni membuat jadwal serta aturan bersama, merancang ide kegiatan, mengingatkan anak dalam aktivitas positif, mendampingi serta memantau kegiatan anak jika diperlukan, Ketiga, Sebagai evaluator yakni memberikan reward atas perilaku serta hasil yang baik untuk memotivasi dan meningkatkan kesadaran anak serta melakukan punish dari aktivitas negatif, sesuai kapasitas dan tidak melanggar hak anak. Keempat, Sebagai Role Model  yang akan diteladani prilaku baik dan buruknya. Oleh karennya orang tua harus menyadari perannya sebagai role model dan mengubah perilaku yang buruk menjadi baik. Seberapa hebatnya strategi serta peran yang telah disebutkan diatas, jika orang tua tidak mencerminkan prilaku yang baik, maka anak akan meniru perilaku orang tuanya.

Begitu pentingnya peran orang tua dalam membentuk pendidikan berkarakter, mengatur, mengingatkan, membuat jadwal, mengevaluasi, serta memberi pemahaman sekaligus sebagai Role Model  bagi anak. Sudah cukup untuk mengaingatkan tentang berbagai kebijakan serta peningkatan kapasitas orang tua dalam pembelajaran virtual mendapat perhatian dari policy maker (pembuat kebijakan), institusi pendidikan, pemerintah pusat dan daerah

Rekomendasi

Belum dirasakannya efektivitas pembelajaran virtual dalam membentuk karakter, serta fakta yang dihadapi orangtua dalam melakukan bimbingan pembentukan karakter anak didik, juga penurunan karakter anak didik yang semakin mengkhawatirkan melalui kasus-kasus asusila dan kejahatan anak lainnya. Maka, Fenomena tersebut harus dijadikan catatan serta rekomendasi tindaklanjut yang mendesak dari pemerintah dalam upaya meningkatkan strategi pembelajaran virtual yang tepat, melalui berbagai sudut pandang kemampuan guru, orang tua, serta seluruh institusi yang terlibat. Tulisan ini diharapkan menjadi perhatian bersama serta kepentingan tentang strategi alih fungsi yang dibebankan kepada orang tua dalam melakukan pendidikan berkarakter untuk kemaslahatan bersama. Sebagaimana terdapat dalam Rancangan implementasi Nawacita tentang Gerakan Revolusi Mental (GRM) yang diusung pemerintah, dan rancangan acuan kementerian lembaga, pemerintah pusat dan daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun