Efektifitas Alih Fungsi Orang Tua dalam Metode Belajar Virtual Pendidikan Karakter
Oleh Ayub Wahyudin
Kebijakan dan Gagasan Pendidikan Karakter
Kebijakan tentang pembelajaran “Tatap Muka” di Sekolah maupun Kampus, masih menjadi perhatian penting di Zona terdampak Covid-19. Protokol Kesehatan yang diterapkan oleh masing-masing institusi Sekolah maupun Kampus belum mampu meningkatkan kepercayaan publik tentang efektifitas penghambat laju penyebaran Covid-19. Dilema situasi di tengah pandemi mulai dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Terutama bagi para orang tua murid yang mulai gelisah serta keawalahan dalam mendidik putra putrinya. Meskipun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengizinkan sekolah tatap muka di zona kuning dan zona hijau dengan perbandingan total sekolah yang membuka tatap muka tercatat sebanyak 4.966 Sekolah dan 23.258 Sekolah melakukan pembelajaran di rumah (Data terkait, 28/08/2020).
Selama proses belajar virtual di rumah yang digagas pemerintah beserta institusi terkait, upaya dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Televisi Nasional melalui siaran langsung materi belajar untuk membantu siswa memahami materi dan mempermudah orang tua yang mendampingi anaknya. Selain materi pendikan kognitif, siswa juga harus mengerti tentang ranah afektif yaitu watah, prilaku, minat, nilai, emosi dan lain sebagainya yang termasuk dalam pendidikan karakter sebagai manifestasi dari pelestarian budaya dan tradisi luhur bangsa: etika, moral, perilaku, akhlaq melalui berbagai nilai karakter nasionalisme, karakter integritas, karakter mandiri, karakter gotong royong yang efektif dengan metode belajar tatap muka serta pendampingan siswa.
Rumusan Kebijakan dan Pengembangan pendidikan karakter menjadi prioritas 2020-2025, mencakup tentang prioritas pendidikan karakter berdasarkan nilai kognitif yang sifatnya moral dan akhlaq, yang diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari serta membutuhkan pendampingan yang simultan.
Fakta Alih Fungsi Peran Orang Tua
Situasi kontemporer, Institusi Pendidikan dihadapkan pada berbagai persoalan tentang: Bagaimana efektifitas meningkatkan kemampuan siswa? Apakah dengan mekanisme Belajar Virtual siswa mampu meningkatkan potensi peningkatan akademik? Bagaimana mekanisme monitoring serta evaluasi keilmuan siswa di era pandemi? Serta Bagaimana meningkatkan pemahaman dan praktik pendidikan karakter bagi siswa?. Kerjasama antara guru, orang tua serta perangkat desa dan pemangku kebijakan diharapkan bisa berjalan efektif dalam proses belajar mengajar virtual. Selain keterbatasan akses virtual dalam menjangkau daerah terdampak kalangan menengah ke bawah, meskipun terdapat bantuan akses online berupa pulsa untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Namun, pengawasan menjadi faktor penting dalam upaya melihat efektifitas berbasis monitoring dan evaluasi. Semua perangkat tersebut harus dibangun secara sinergis dan berkelanjutan.
Kementerian Agama mengapresiasi kaum ibu yang berperan sebagai garda terdepan pembentukan karakter siswa dengan berbagai kegiatan produktifnya. Upaya menghadapi Normal Baru, tidaklah mudah. Terutama, bagaimana peran instutusi pendidikan bekerjasama dengan “kaum ibu” dalam meningkatkan inovasi pembelajaran nilai kognitif siswa melalui penghayatan yang afektif dan dapat dirasakan manfaatnya.
Fakta lapangan yang menjadi kritik terhadap berbagai kebijakan tentang penanganan pembelajaran inovasi daring (dalam jaringan), terkait dengan persoalan kemampuan para ibu dalam mendampingi, mengawasi serta memfasilitasi putra-putrinya belajar di rumah, dengan rutinitas yang padat sekaligus menjadi pendidik dalam situasi gempuran pandemi yang memukul berbagai sektor pendidikan termasuk juga penurunan ekonomi keluarga, sehingga harus memikirkan dampak ekonomi, menekan pengeluaran semaksimal mungkin, serta mencari solusi menyeimbangkan pemasukan.
Keluhan dan kritik para ibu ini menjadi catatan evaluasi yang harus dicari solusi terbaiknya, karena situasi pandemik yang relatif lama serta menuntut kesabaran, serta daya juang yang kuat. Faktanya, anak didik sulit untuk dikendalikan, diarahkan, dipantau untuk mengerjakan berbagai tugas beruntun yang membosankan, monoton, tidak menarik dari para guru melalui media daring. Seringkali fakta ini diabaikan oleh para pendidik yang tidak berhadapan langsung dengan para siswa. Tekanan ini, dirasakan para ibu juga para siswa. Banyak pakar berbicara tentang pentingnya inovasi para guru dalam membentuk karakter di era pandemi, tetapi sedikit dan jarang yang berupaya melihat bagaimana alih fungsi ini dilakukan oleh orang tua murid. Bagaimana mengatasi keterbatasan orang tua dari berbagai hal.