Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"The Infancy Gospel of Thomas" Injil Fiksi

27 Mei 2024   22:19 Diperbarui: 27 Mei 2024   22:22 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan gambar youtube channel (Bible Babble)

1. Suatu hari, sehabis hujan, Yesus keluar dari rumah dimana ibunya berada dan bermain di tanah di mana air mengalir turun.  Dan setelah membuat kolam, air mengalir turun dan kolam-kolam itu penuh dengan air. Kemudian dia berkata, "Aku berharap agar  air ini menjadi air murni dan bermanfaat". Dan seketika itu juga hal itu terjadi.

2 Kemudian datanglah anak Hanas, ahli Taurat itu, dan dengan mengambil sebatang  kayu dedalu, ia merusak kolam-kolam itu dengan kayu itu, dan airnya pun mengalir keluar. Lalu Yesus berpaling dan berkata kepadanya,  "Hai orang fasik dan durhaka! Apa kesalahn kolam-kolam itu terhadapmu? Dan  mengapa kamu mengosongkannya? Engkau tidak boleh lagi menempuh jalanmu, kamu akan kering seperti kayu yang kamu pegang."

3 Lalu ketika berjalan sedikit lagi,ia  jatuh ke tanah dan menghembuskan nafas terakhirnya.  Anak-anak yang sedang bermain dengannya melihat dan terkejut kemudian pergi untuk memberitahukan kepada ayah anak itu tentang anak yang telah meninggal. Ayah anak itu  berlari mendapatkannya dan menemukan anak itu sudah mati. Lalu pergilah ia untuk mengajukan tuntutan kepada Yusuf (Cerita pertama dari The Infancy  Gospel of Thomas -terjemahkan oleh penulis ) 

Tulisan diatas (menggambarkan Yesus kecil yang cenderung tempramen dan suka mengutuk) merupakan cuplikan dari 3 ayat pertama dari "The Infancy Gospel of Thomas" yang beberapa waktu lalu sempat dikutip oleh seorang youtuber mualaf bernama Dondy Tan. Ia dengan bersemangat menjelaskan bahwa kisah masa kecil Yesus yang seolah "hilang" dalam Injil sebetulnya ada, namun bapa-bapa Gereja tidak memasukan Injil yang dimaksud dalam kanonisasi Alkitab (https://youtu.be/4j1iagdVpHg). Benarkah demikian? Apa alasannya?

Terry Wilder, Profesor Perjanjian Baru dan Bahasa Yunani merangkap Direktur Program Magister Divinitas dari Universitas Campbellsville berpendapat ada tiga kriteria utama yang digunakan oleh gereja mula-mula dalam menerima kitab-kitab yang diilhami oleh Allah dan dengan demikian bersifat kanonik: Berasal dari Para Rasul, pengakuan dari gereja-gereja, dan isi kitab-kitab yang bersifat rasuli.

  • Berasal dari para Rasul atau mendapat persetujuan Para Rasul

Tuhan memilih para murid  yang Ia sebut rasul-rasul untuk menjadi pembawa otoritas Injil setelah kenaikan-Nya ke surga. Roh Kudus mengilhami (memberi inspirasi) kepada mereka dan juga karunia-karunia yang memampukan mereka  menulis Alkitab yang sempurna dan mengandung doktrin yang sehat serta membangun iman kepada Yesus Kristus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Oleh karena itu, kitab-kitab kanonik harus bisa ditelusuri asal muasalnya kepada para rasul tersebut. Jemaat mula-mula  dapat bertanya, "Apakah tulisan ini karya salah satu rasul? Jika bukan, apakah para Rasul memberikan persetujuan terhadap tulisan-tulisan tersebut?"

Sebagian besar kitab dalam Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul Yesus.  Sebagai contoh, Yohanes dan Matius adalah rasul yang menulis kitab-kitab mereka. Selain itu, Paulus menulis sekitar setengah dari seluruh kitab. Lukas, penulis dua kitab dalam Perjanjian Baru, bukanlah seorang rasul, tetapi dia dikenal dalam gereja awal sebagai murid, penasihat, teman seperjalanan, dan tabib Paulus. Mereka percaya bahwa Lukas menulis di bawah pengawasan dan persetujuan Paulus. Demikian juga, Markus, penulis salah satu Injil, bukanlah seorang rasul, tetapi gereja awal secara umum mengakui Petrus sebagai sumber sejarah Markus. Dengan demikian, karya-karya ini memenuhi standar kerasulan.

  • Pengakuan gereja-gereja

Prinsip ini pada dasarnya adalah mengevaluasi pandangan gereja mula-mula  terhadap suatu kitab/tulisan. Jika gereja-gereja terkemuka seperti di Efesus, Yerusalem, Antiokhia, Laodikia dan Roma mengakui suatu kitab sebagai otoritatif, maka kemungkinan besar keseluruhan gereja akan mempertimbangkan secara serius untuk menyertakan kitab tersebut dalam Alkitab. Itulah sebabnya Paulus meminta agar surat-suratnya dibacakan kepada jemaat lain. "Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia;  juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya.  Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan  juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu (Kolose 4:15-16TB)

  • Isi kitab yang bersifat Rasuli

Seluruh kitab yang ditulis harus sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan doktrin para Rasul baik yang tertulis maupun yang diajarkan secara lisan. Karena seluruh pengajaran para Rasul bersumber langsung dari pengajaran tuhan Yesus sendiri, maka segala tulisan yang bertentangan dengan prinsip rasuli tidak dapat diterima sebagai kitab yang masuk kanon.

Melihat 3 prinsip di atas, tentu orang percaya dapat secara tegas melihat mengapa kitab "The Infancy Gospel of Thomas" tidak dapat masuk ke dalam kanon Alkitab. Karena dari ketiga prinsip tersebut tidak ada satupun yang memenuhi syarat.

 Kitab ini ditulis jauh setelah periode rasul-rasul, banyak yang berpendapat bahwa kitab ini ditulis dalam bahasa Yunani pada abad ke-2 Masehi di bagian timur Kekaisaran Romawi. Seluruh Injil dan surat-surat Rasul Paulus di tulis paling terakhir sekitar tahun 66-67 M. Rasul Yohanes menulis kitab Wahyu sekitar tahun 95M. Kitab-kitab serta tulisan para Rasul juga saling berkorelasi dan mendapatkan pengakuan diantara para Rasul dan umat yang hidup pada masa itu. Sedangkan kalau kita melihat isi tiga ayat pertama dari tulisan kitab The Infancy Gospel of Thomas di atas, pembaca Alkitab yang serius pasti akan merasakan adanya keanehan dalam segi penulisan dan penyampaian karakter Yesus Kristus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun