Ishak jelas mengetahui sifat-sifat  "rebellious " Si Sulung terhadap aturan-aturan keturunan nenek moyang mereka tersebut.  Interpretasi lain untuk memaknai peristiwa "pilih kasih" tersebut mungkin dengan melihat bahwa sesungguhnya Ishak tidak buta melihat kelakuan anak sulungnya itu, justru karena ia sangat sayang kepada Esau yang sangat membutuhkan pertolongan jadilah ia dengan aktif menghabiskan waktu dan kasih sayang lebih kepada Esau di bandingkan Yakub yang dengan jelas telah mewarisi cara hidup Abraham dan dirinya.
Kita dapat berasumsi bahwa jauh sebelum Ishak akan mendekati ajalnya  dan memberikan berkat terakhir kepada kedua anaknya, Tuhan telah lebih dahulu berfirman perihal anak kembarnya Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa  ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda (Kejadian 25:23TB)
Ishak menyadari sejak awal Tuhan telah mengetahui bahwa karakter Esau adalah karakter seseorang yang cepat bertindak, tergesa-gesa dan terikat kepada kesenangan duniawi. Esau sampai pada hari kematian Ishak tidak berhasil mengubah perangainya. Ishak dalam kasih sayang yang besar mencoba mengubah karakter anaknya dengan memberikan kasih sayang ekstra tetapi berujung kegagalan.
Yakub dalam ketenangannya sangat menghargai hal-hal spiritual. Yakub alias Israel memiliki kecerdasan Spiritual (spiritual quotient). Ia mampu melihat dan memaknai betapa pentingnya berkat dan perkenanan Tuhan dan orangtua dalam kesuksesan dirinya di masa yang akan datang. Yakub telah mampu hidup tenang, menguasai diri dan belajar bagaimana ayahnya telah belajar dari sang kakek Abraham mengenai kunci hidup dalam kesuksesan secara jasmani dan rohani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H