Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecerdasan Rohani Israel

26 Februari 2023   21:56 Diperbarui: 26 Februari 2023   22:03 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah artikel  Psychology Today, Barbara Klein, Ph.D seorang pendidik dan peneliti anak menulis  "Twins are born married. They hold hands as one. What grows out of their attachment is an ability to soothe one another and create chaos at the drop of a hat. Truly, twins have two opposite ways of making parents know that they have a very "special" job. Twins can calm one another down by playing together for hours. Mom and Dad get a break when their kids are playing together. Twins can also raise your blood pressure by creating astonishing messes and make you question your parenting ability" (https://www.psychologytoday.com/us/blog/twin-dilemmas/201810/parenting-twins-is-monumental-challenge).

Membesarkan twins merupakan suatu hal yang amat melelahkan dan seringkali membuat frustasi orangtua. Salah satu penyebabnya karena anak kembar seperti dikatakan dalam artikel itu telah lahir dalam keadaan "married" atau terikat dalam banyak aspek sejak dari kandungan. Anak kembar telah berbagi tidak hanya  rahim, makanan dan nutrisi dari ibu tetapi juga kedekatan secara emosional.

Dalam Alkitab terdapat satu kisah yang menarik yaitu kisah tentang Esau dan Yakub. Dua orang tokoh penting dalam sejarah dua bangsa besar yang masih eksis hingga hari ini. Yakub menurunkan 12 anak-anak yang sekarang kita kenal sebagai Israel sedangkan Esau menurunkan orang-orang Edom. 

Esau dan Yakub adalah anak kembar dari Ishak dan Ribka. Ishak menikah ketika ia berusia empat puluh tahun. Ishak berdoa kepada Tuhan karena istrinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka istrinya itu kemudian mengandung. Ribka mengandung dengan susah payah dan memang benar setelah dilahirkan ternyata anak dalam rahimnya itu kembar. Yang sulung keluar warnanya merah dan seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu. Ishak memberi nama Esau kepada anak sulungnya. Sedangkan yang bungsu lahir dengan tangannya memegang tumit abangnya sehingga ia dinamai Yakub. Nama Yakub (Ibrani, - YA'AQOV), adalah sebuah kata kerja (Verba), yang artinya: "ia memegang tumit".

Setelah dewasa, Esau senang tinggal di padang dan hidup dari berburu binatang sedangkan Yakub adalah pribadi yang tenang dan senang tinggal di kemah. Kepribadian yang sangat bertolak belakang. Ishak sayang kepada Yakub karena ia senang makan daging buruan sedangkan Ribka sayang kepada Yakub.  

Tentu sebagai orangtua Ishak mengenal betul siapa anak-anaknya, tentu ia melihat perangai Esau yang kurang melihat hal-hal rohani secara mendalam. Contoh yang paling jelas adalah satu kejadian ketika Esau memilih untuk memperistri Yudit orang Het dan Basmati yang juga orang Het. Orang Het sendiri adalah suatu suku bangsa yang mendiami Kanaan. Hal itu menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi Ribka dan ishak. Bagaimana tidak Abraham ayah Ishak telah memberikan suatu teladan agar tidak mengambil istri dari bangsa Kanaan.

Satu lagi adegan yang menggambarkan bagaimana Esau dengan gampang menjual hak kesulungan dengan semangkuk kacang merah tercatat dalam Kitab kejadian pasal 25.

Pada suatu kali Yakub sedang memasak  sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah   itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom.  Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu  . " Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"  Kata Yakub: "Bersumpahlah   dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya  kepadanya.  Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah  itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu". (Kejadian 25:29-34TB)

Psikolog Walter Mischel dan timnya dari Stanford University melakukan penelitian bernama Marshmallow Test kepada 165 orang balita di akhir 1960-an dan awal 1970-an.  Test ini ini hendak mengukur kesuksesan seseorang dengan tindakannya dalam menunda gratifikasi (delay of gratification). Pada intinya anak-anak yang dapat menahan godaan memakan marsmallow  seperti yang diperintahkan dalam periode waktu tertentu dikemudian hari terbukti memiliki kemampuan akademis yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak sabar dalam memakan marsmallow mereka di bawah rentang waktu 10 menit.

Hal ini paling tidak menunjukan ada hubungan antara karakter kesabaran dengan kesukesan seseorang. Esau ketika lapar tidak dapat memakai logikanya dengan baik. Ia menjadi sangat tidak sabar dan bertindak serampangan. Hungry man is a angry man. Apakah orangtua mereka tidak mengetahui karakter anak-anak ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun