Pernyataan ini setidaknya merangkum 3 hal yaitu:
- Yesus adalah seorang raja, tetapi bukan berasal dari dunia sehingga Ia tidak memakai cara dunia. Kehadiran-Nya di dunia adalah untuk memberi kesaksian tentang kebenaran.
- Kekerasan bukan cara Yesus.
- Kerajaan Yesus Kristus bukan kerajaan fisik
Lalu apa yang menjadi "syariat" orang kristen dalam menjalani kehidupan mereka? Jika ada kerajaan pasti ada satu hukum yang mengatur cara hidup orang-orang yang disebut kristen tersebut.
Secara khusus, Â dalam hubungan orang orang kristen secara politik:
- Â Orang kristen mengakui, aktif dan menghormati pemerintah yang ada disebuah negara.
   "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah -       pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah". (Roma 13:1TB). Ketika Yesus tinggal dan hidup di suatu negara terjajah seperti Israel, Ia tetap menghormati kedaulatan dan eksistensi Romawi. Bahkan Yesus meminta masyarakat untuk memberikan apa yang menjadi kewajiban mereka terhadap kaisar.
- Pemisahan tanggung jawab antara negara dan rohani
Negara memiliki kedaulatan atas seluruh warga negara termasuk orang kristen yang ada dalam suatu negara tersebut. Hal-hal yang dianggap baik dan tidak bertentangan dengan alkitab harus didukung; secara seimbang juga mereka mengakui dan menghormati otoritas lain dalam hidupnya yaitu Tuhan, dalam hal ini spiritualitas orang kristen di wakili oleh pendeta, penatua dan pelayan-pelayan Tuhan dalam gereja.
"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berkan kepada Allah". (Mat 22:21TB)
Konteks ayat tersebut adalah pertanyaan jebakan dari ahli hukum agama Yahudi, yang bertanya bolehkah kami membayar pajak kepada pemerintah (penjajah). Yesus menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara memberi kepada Allah dan manusia.
- Yesus menyempurnkan Taurat
Tidak ada yang salah dengan hukum Taurat yang di turunkan kepada nabi Musa, hukum taurat adalah baik untuk menyadarkan bahwa amal saleh dan kekuatan manusia pada akhirnya tidak dapat mencapai standar kekudusan itu sendiri. Yang menjadi masalah juga adalah cara ahli-ahli hukum menafsirkan dengan membebani ritual agama yang sesungguhnya tidak mungkin dilakukan secara sempurna. Sebagai contoh perintah Allah soal berpuasa kembali ditekankan esensinya oleh Yesus dalam injil :
" Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya mereka telah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya Bapamu yanga da di tempat tersembunyi. maka Bapamu yag melihat di tempat tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Matius 6:16-18TB)
Apakah Yesus Kristus membatalkan ritual puasa? Tidak! Ia hanya memberikan satu penafsiran yang tepat mengenai perintah tersebut, Esensi sikap batin lebih penting dari formalitas.
2 hal  mengenai yang tertulis dalam alkitab :
- Eksplisit