Mohon tunggu...
Ayu Martaning Yogi A
Ayu Martaning Yogi A Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary girl

Menyukai Dunia Literasi, Tertarik pada Topik Ekonomi, Sosial, Budaya, serta Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaafkan, Sebuah Proses Validasi Emosi yang Menentramkan Hati

13 Mei 2021   23:32 Diperbarui: 13 Mei 2021   23:43 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manfaat Memaafkan

Memaafkan memiliki berbagai manfaat, khususnya bagi diri sendiri. Pertama, memaafkan baik untuk kesehatan mental. Berdasarkan sebuah studi dari Annals of Behavioral of Medicine pada tahun 2007 menemukan bahwa kemampuan untuk berbesar hati dapat menurunkan stres serta mengurangi gangguan psikologi. 

Selanjutnya, memaafkan dapat membuat hati kita lebih tenang dan damai karena kita tidak membiarkan luka dan emosi negatif menganga lebar. Dengan memaafkan, berarti kita tidak membiarkan emosi menumpuk sehingga hati menjadi lebih damai.

Memaafkan juga merupakan ikhtiar kita untuk menjaga hubungan atau relasi kita dengan orang lain tetap baik. Ketika ketika memaafkan, maka rasa dendam akan terkikis dalam hati kita, sehingga kita tidak mudah memutuskan silaturahmi. 

Selain itu, memafkan juga berdampak positif bagi kesehatan tubuh kita, karena saat kita memaafkan orang lain kadar stres kita menurun. Hal tersebut dapat membuat fisik lebih baik karena, tekanan darah menurun, rasa cemas berkurang, tidur menjadi lebih nyenyak, dan sistem imun turut terjaga. Itulah beberapa manfaat ketika kita mau memaafkan.

Memaafkan bukan sesuatu yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Ketika kita merasa sulit memaafkan sudah selayaknya kita berkaca bahwa kita juga manusia biasa yang mungkin melakukan banyak kesalahan dan butuh dimaafkan. 

Kita juga patut mengingat bahwa memaafkan adalah tindakan mulia yang diajarkan dalam Islam, dan pada hakikatnya memaafkan adalah bentuk kita mencintai diri sendiri. Jadi, sudah siapkah kita untuk memaafkan?  

Referensi:

republika.co.id | sehatq.com | skata.info

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun