Islam juga mengajarkan betapa mulianya tindakan memaafkan itu. Hal tersebut tertuang dalam Surat Ali Imran ayat 33 yang menjelaskan bahwa memberi maaf termasuk sifat orang yang bertaqwa. Selain itu, terdapat hadits tentang memaafkan sebagai berikut:
"Allah tidak menambah seorang hamba karena mau memberi maaf melainkan kemuliaan; dan tidaklah seseorang yang bersikap rendah hati di hadapan Allah melainkan akan diangkat oleh Allah derajatnya." (HR. Abu Daud)
Hadits tersebut menjelaskan betapa mulianya sikap memaafkan itu di hadapan Allah SWT. Â Memaafkan juga menjadi bukti bahwa kita juga meneladani sifat indah Allah SWT yang Maha Penerima Taubat, Pengampun, dan Pemaaf. Â
Validasi Emosi dalam Proses Memaafkan
Memaafkan terkadang bukan suatu hal yang mudah, butuh proses untuk bisa melakukannya. Prosesnya pun berbeda bagi setiap orang, ada yang butuh waktu singkat saja namun ada yang butuh begitu lama.Â
Terlebih bagi orang yang benar-benar merasa tersakiti, hingga menorehkan luka di hati seperti pengkhianatan, perselingkuhan, penipuan, dan banyak alasan lainnya. Tentu hal itu bukan sesuatu yang mudah untuk dapat memaafkan.
Sebelum sesoorang berbesar hati untuk memaafkan, terdapat satu proses penting yang dinamakan validasi emosi atau validasi perasaan. Proses tersebut merupakan bentuk pengakuan dimana kita mengakui emosi serta perasaan seperti apa yang kita rasakan.Â
Misalnya, ketika sadar bahwa kita sedang marah, ada rasa dongkol dalam hati kita, benci, atau dendam, maka dapat mencari akar permasalahannya. Dengan mencari sumber masalahnya maka kita bisa berpikir mengenai cara untuk meredam perasaan kita, atau bahkan cara untuk menyelesaikannya.
Emosi-emosi negatif yang teredam, secara perlahan membuat kita akan menemukan kelegaan atau kedamaian dalam hati kita.Â
Setelah proses itu, kita tidak akan berlarut-larut memikirkan sumber permasalahan yang membuat kita marah, sedih, benci dan berbagai emosi negatif lainnya. Melalui proses validasi emosi atau perasaan itu maka memaafkan akan terasa lebih ringan.