Masa kanak-kanak selalu memiliki kisah unik dan menarik untuk diceritakan. Kisah dalam menjalani puasa di Bulan Ramadan juga menggemaskan untuk dikenang. Tiba-tiba makan dan baru teringat sedang puasa ketika makanan habis namun belum sempat minum, serunya pesantren kilat di sekolah, hingga hebohnya mengisi Buku Kegiatan Ramadan. Mungkin beberapa diantara kita pernah memiliki kisah yang sama.
Sejenak menerbangkan memori momen Ramadan pada masa kecil, Buku Kegiatan Ramadan senantiasa menemani hari-hari di Bulan Ramadan. Meskipun terlihat merepotkan, toh pada akhirnya diisi juga.
Buku Wajib Saat Ramadan
 Menjelang Bulan Ramadan, guru di sekolah membagikan sebuah buku. Ukurannya seperti buku tulis ukuran standar, mungkin seukuran kertas A5. Buku tersebut berisi panduan bagi untuk menjalankan ibadah selama Bulan Ramadan hingga Idul Fitri. Pada halaman-halaman awal, tertulis panduan seperti niat puasa, doa berbuka puasa, niat sholat lima waktu, sholatT, Witir, hingga sholat Idul Fitri.
Halaman selanjutnya setelah berbagai panduan, terdapat lembaran-lembaran yang nantinya harus diisi. Isi lembaran tersebut diantara berisi kolom-kolom untuk checklist tentang ibadah sholat yang kita lakukan, sholat lima wajib lima waktu, sholat Tarawih dan sholat Witir. Pada bagian ujung, terdapat kolom paraf orang tua sebagai persetujuan tentang aktivitas sholat yang kita lakukan. Tersedia tempat untuk checklist sholat-sholat yang kita lakukan selama 30 hari di Bulan Ramadan.
Pada halaman selanjutnya terdapat ruang yang lebih luas dari sebelumnya. Lembar tersebut digunakan untuk mengisi isi ceramah atau kultum (kuliah tujuh menit) yang biasanya disampaikan setelah sholat Isya, sebelum sholat Tarawih dilakukan. Bagian itu juga telah disiapkan untuk dapat diisi selama 30 hari.
Berebut Minta Tanda Tangan Penceramah
Seusai sholat Tarawih menjadi momen penuh perjuangan. Kita bergegas untuk segera menghampiri penceramah pada hari itu. Mendadak beliau menjadi selebriti karena anak-anak berbagai sekolah berebut minta tanda tangannya. Entah benar atau salah isi rangkuman ceramah yang tertulis yang penting minta tanda tangan.
Biasanya, bapak yang bertugas untuk berceramah sudah hafal kalau ia akan menjadi selebriti malam itu. Seyum yang ramah dan kesabarannya meladeni kami yang kala itu msih anak-anak membuat kami tak segan menghampirinya. Satu per satu buku dibubuhkan tandatangannya. Kami pun pulang dengan tenang setelah mendapat tanda tangannya.