Konsumen lain yang terpancing kepanikan tersebut akan cenderung melakukan hal yang sama. Mereka akan menarik dana (tabungan) mereka di bank untuk turut serta membeli barang-barang yang juga dibeli konsumen lainnya. Apabila banyak orang terpancing melakukan panic buying dan mereka juga melakukan penarikan dana di bank, sangat mungkin bank-bank akan mengalami masalah likuiditas.
Masalah likuiditas yang dihadapi oleh bank menyebabkan bank kekurangan dana untuk disalurkan pada sektor produktif. Terhambatnya pendanaan pada sektor produktif menyebabkan pertumbuhan ekonomi melemah.Â
Sektor produktif yang melemah dapat menyebabkan kelangkaan barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita sebagai konsumen. Hal itu dapat memacu terjadinya inflasi, sehingga harga barang-barang menjadi tinggi. Kondisi tersebut merupakan bentuk instabilitas sistem keuangan, serta menjadi awal terjadinya krisis ekonomi.
Kondisi lain yang terjadi akibat tindakan panic buying adalah risiko gagal bayar atas penyaluran kredit. Apabila banyak konsumen melakukan panic buying, namun tidak memiliki dana cadangan, mereka dapat mengajukan kredit ke perbankan. Selain itu, konsumen juga mungkin memanfaatkan kartu kredit yang dimiliki untuk membayar kebutuhannya. Kecenderungan tersebut membuat kredit tersalurkan pada hal-hal yang konsumtif.
Mari kita bayangkan, apabila banyak orang melakukan kredit konsumtif kemudian orang-orang tersebut terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), penghasilan mereka akan berkurang. Berkurangnya penghasilan tersebut menyebabkan kemampuan bayar para penerima kredit (debitur) menurun, dan berpotensi gagal bayar. Kondisi gagal bayar membuat aset bank tergerus atau bahkan bank menjadi collaps. Hal itu dikarenakan pendapatan bank dari penyaluran kredit ikut berkurang, serta dana yang merupakan aset bank belum dapat ditarik kembali dari para debitur yang mengalami gagal bayar.
Berawal dari panic buying yang dilakukan oleh individu yang kemudian diikuti banyak individu lainnya dapat berdampak pada instabilitas sistem keuangan. Kondisi tersebut menggambarkan bentuk risiko sistemik yang terjadi pada sistem keuangan. Bagaimanapun rumah tangga dimana individu ada di dalamnya merupakan bagian dari sistem keuangan. Oleh karena itu kita perlu cerdas berperilaku untuk ikut menjaga Stabilitas Sistem Keuangan serta membuat makroprudensial aman terjaga.
Berperilaku Cerdas dan Bijak di Tengah Pandemi
Tak dapat dipungkiri bahwa pandemi akibat kasus Covid-19 menyebabkan kita harus beradaptasi pada kondisi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kepastian berakhirnya pandemi pun belum diketahui. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk tetap menggunakan akal sehat dalam berperilaku, terlebih tindakan kita dapat berdampak bagi diri kita bahkan bagi perekonomian.
Seperti kita ketahui, panic buying yang dilakukan individu dalam menghadapi pandemi ini ternyata memiliki dampak yang rumit bagi stabilitas sistem keuangan. Coba kita pikirkan, apabila kita telanjur membeli banyak bahan makanan atau bahan pokok ternyata barang yang kita beli itu tidak semuanya terpakai, sehingga menjadi usang bahkan busuk. Tentu hal itu menjadi sia-sia. Terlebih, pembelian barang secara besar-besaran dapat memacu inflasi yang kemudian berpeluang membuat terjadinya krisis.
Pemahaman mengenai Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) membuat kita tahu bagaimana berperilaku cerdas di tengah ketidakpastian pandemi ini. Cerdas berperilaku dapat kita wujudkan dengan tidak melakukan panic buying, menghindari penarikan dana secara besar-besaran, serta menggunakan atau mengajukan fasilitas kredit sesuai kebutuhan dan diupayakan untuk kegiatan produktif. Dengan menghindari penarikan dana secara besar-besaran kita dapat meminimalkan risiko likuiditas pada perbankan, sedangkan menggunakan fasilitas kredit sesuai kebutuhan dapat meminimalkan risiko gagal bayar.
Berbagi juga merupakan bentuk perilaku cerdas di tengah pandemi ini. Tanpa kita sadari berbagi kepada orang-orang di sekitar kita dapat berdampak positif bagi Stabilitas Sistem Keuangan. Bagaimana ini bisa terjadi?
Beberapa saat lalu, sempat viral bahwa terdapat warga yang berinisiatif menggantungkan banyak paket sayuran di pagar rumah. Paket sayuran tersebut boleh diambil bagi siapa saja yang membutuhkan. Inisiatif itu mungkin hanya diniatkan untuk berbagi, namun apabila ditelusur lebih lanjut kegiatan itu turut serta membuat roda perekonomian tetap bertumbuh.