Mohon tunggu...
Ayu Anissa
Ayu Anissa Mohon Tunggu... Guru - Teacher

PENULIS  Kumpulan Cerpen “Alice de Wijn” ISBN 978-602-490-612-2 Tahun 2019 Penerbit CV. Intishar Publishing  Antologi Puisi “Janji Temu di Sudut Kota” ISBN 978-602-490-797-6 Tahun 2019 Penerbit CV. Intishar Publishing PENULIS KOLABORASI  Kumpulan Cerpen untuk Anak “Ini Dunia Anak” ISBN 978-623-7384-40-3 Tahun 2019 Penerbit CV. Harasi  Antologi Cermin “Cerita Mini untuk Anak” ISBN 978-623-7384-65-6 Tahun 2020 Penerbit CV. Harasi  Kumpulan Cerpen Horror “Sanggar” ISBN 978-623-94063-8-7 Tahun 2020 Penerbit Megalitera  Kumpulan Cerpen “Kebun Bunga Itu Telah Kering” ISBN 978-623-6656-37-2 Tahun 2021 Penerbit Megalitera

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Buka Pintu

2 November 2022   09:39 Diperbarui: 2 November 2022   09:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

               "Ada orang asing di depan rumah saya. Dia memaksa masuk. Tolong ..." kata-kata Diandra berhamburan tidak beraturan.

               "Mohon tenang, petugas kami akan segera tiba. Kebetulan ada dua petugas kami sedang berada dekat dengan tempat Anda," suara operator di seberang memotong kata-kata Diandra.

               "Terima kasih, mohon segera datang," Diandra menutup panggilannya sembari memperhatikan pegangan pintu yang semakin keras berputar, menunjukkan bahwa orang di balik pintu itu berusaha keras untuk masuk.

               "Berhenti! Polisi akan segera datang lebih baik kau cepat per ... gi ...," Diandra tiba-tiba terdiam menyadari ada yang salah dengan ucapannya. Apakah tadi aku sudah mengatakan alamat rumahku kepada operator 110? pikir Diandra.

               Merasa bahwa operator 110 masih belum mendapatkan alamat rumahnya, Diandra segera menganggkat telepon untuk menghubungi nomor tanggap darurat kepolisisan.

               "Halo ... Rumah saya di ..." ucapan Diandra masih belum selesai ketika operator 110 di seberang panggilan memotongnya lagi.

               "Mohon tenang, petugas kami akan segera tiba."

               Diandra menutup kembali panggilannya karena terkejut. Dahinya berkerut dalam. Ia menatap ketakutan pada pintu depan rumahnya karena sekarang orang dibaliknya benar-benar berusaha mendobrak untuk masuk. Dalam keadaan yang benar-benar takut, Diandra menyambar payung abu-abu yang berada di atas rak sepatu di samping pintu. Diandra mencoba sekali lagi untuk menghubungi operator 110. Namun ketika panggilan itu tersambung dan diangkat, hanya kata-kata yang sama yang terdengar olehnya.

               "Mohon tenang, petugas kami ..."

               Diandra secara refleks melempar ponsel itu menjauh. Ia menatap penuh ketakutan pada ponselnya yang tergeletak mengenaskan di depan pintu. Tak sampai satu menit, mulut Diandra terbuka untuk berteriak ketika pintu di depannya berhasil terbuka selebar sepuluh sentimeter.

               "Aaarrgghhhh ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun