Malam ini Diandra di rumah seorang diri karena kedua orang tuanya bermalam di rumah adik ibunya sejak dua hari yang lalu. Anak Omnya akan menikah hari Sabtu besok, kedua orang tuanya datang lebih awal untuk membantu mempersiapkan acara. Rencananya Diandra akan pergi ke rumah Omnya besok pagi, setelahnya sebelumnya ia menjemput adiknya yang masih kuliah di kota tetangga.
Maka, dengan perlahan Diandra membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju pintu depan. Ketika ingin meraih pegangan pintu berbentuk bulat itu, Diandra memberanikan diri untuk menanyakan kiranya yang ada dibaliknya. Dia hanya ingin memantapkan jantungnya yang sedari tadi mulai mengentak-entak di dalam dadanya.
"Siapa?" tanya Diandra.
"Paket ..." jawab suara laki-laki di luar sana.
"Saya sedang tidak menunggu kiriman paket apapun," ujar Diandra mulai ketakutan. Pengantar kiriman paket pukul satu dini hari, yang benar saja.
"Kiriman paket atas nama Diandra Ristania. Mohon untuk segera diterima dan ditandatangani," suara itu mulai terdengar mendesak.
"Maaf tetapi saya tidak sedang menunggu kiriman paket apapun, mungkin salah alamat," ujar Diandra. Debar jantungnya yang mengentak mulai terasa sakit di dadanya.
"Mohon dicek terlebih dahulu, Kak," suara itu mendesak. Pegangan pintu berbentuk bulat itu berputar seolah laki-laki yang berada di luar itu berusaha membuka pintu.
"Pergi! Pergi atau saya akan menghubungi polisi!" Diandra menggertak laki-laki di luar pintu itu sembari menghubungi polisi di 110.
Tut ... Tut ...
"Halo, layanan darurat. Ada yang bisa kami bantu?" suara operator 110 menyahut dari seberang panggilan.