Mohon tunggu...
Ayu Andira
Ayu Andira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ayu andira anak dari bapak herman dan ibu nuriyati

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidup tentang Prinsipmu Sendiri

27 April 2021   09:50 Diperbarui: 27 April 2021   10:10 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

            Pada hari senin sekolah melaksanakan upacara senin pagi dan sekaligus menyambut siswa baru, aku datang sedikit terlambat karena ada masalah dijalan. Hari senin adalah hari yang lumayan buruk bagi ku karena hari ini hari pertama untuk bangun bagi dan siap-siap melaksanakan aktivitas.

            Aku sedikit terkjut karena bertemu dengan teman lama ku Bima, ia duduk dikelas yang sama dengan ku. Ada rasa sedikit canggung karena aku terfikir kejadian hari itu kembali, tetapi kami mencoba bersikap enjoi dan santai. Dia berkata "sifat mu sama seklai tidak berubah kapan kau akan berubah menjadi lebih baik". Aku hanya tersenyum mendengar respon darinya setelah sekian lama kami berpisah.

            Sekolah pun berakhir aku kembali kerumah dalam perjalanan pulang keumah aku terfikir akan kata-kata Bima disekolah tadi, apakah kau ini seburuk itu apakah aku sungguh tidak baik dimata orang-orang disekitarku. Ah itu semua membuat ku pusing aku selalu berfikir ini lumayan baik untuk ku dan aku merasanyaman dengan diriku yang sekrang ini.

            Singkatnya kami pun mulai menjalani hari seperti biasa, sampai suatu ketika aku mendapat telpon dari ibu yang sangat mengagetkan ku, karena berita itu begitu buruk bagi ku. Ayah kecelakaan dan masuk rumah sakit, aku berlari dari sekolah dan menuju kerumah sakit. Sepanjang jalan aku bergumam dalam hati ku apa ini Tuhan apakah ini sebuah peringatan untuk diri ku ataukah ini sebuah hukuman atas tingkah lakuku. Akhirnya aku tiba dirumah sakit dan melihat saudara dan ibuku sedang menangis.

            Aku bergegas dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi mengapa ayah bisa mengalami kecelakaan, kenapa kalian semua diam dan tidak menjawab pertanyaan ku. Ibu terus menangis ibu merasa syok dan akhirnya pingsan, aku bertanya kepada kakak apa yang terjadi. Kakak menjawab ayah kecelakaan saat ingin menolong seorang anak kecil yang berada ditengah jalan saat itu.

            Hati ku tercampur aduk kenapa ayah begitu baik, tidakkah ayah memikirkan konsekuensinya, apakah orang lain begitu penting bagi ayah, apakah nyawa sendiri tidak begitu berharga. Aku sedikit marah lalu aku pergi meninggalkan ruangan dan duduk ditaman, ada apa dengan diriku kenapa aku merasa semua ini terlihat aneh mengapa aku merasa hati ku sakit mengapa aku ingin menangis.

            Dokter tiba-tiba keeluar dari ruangan dan berkata maaf kami sudah berusaha sekuat tenaga namun tuhan berkata lain kami tidak bisa menyelamatkannya. Kakak ku lansung memeluk adik ku dan aku, aku melihat ibu yang masih pingsan dan aku masuk keruangan ayah dan melihat ayah sudah ditutupi dengan kain. Aku tidak berbicara aku tidak melakukan apa-apa aku merasa seolah-olah aku lumpuh dan tidak bisa bergerak, rasanya aku mersa semakin kacau.

            Akhirnya jenazah ayah dibawa pulang kerumah lalu dimakamkan tak jauh dari rumah aku bisa melihat makam ayah dari jendela kamarku, tapi aku masih tetap diam dan tidak bersuara aku hanya mengeluarkan air mata. Aku tidak menghiraukan yang lainnya kakak datang menghampiriku dan berkata jangan seperti ini ayah pasti akan sedih, tetapi mendengar kakak berbicara begitu aku jadi merasa marah dan meninggalkan rumah, aku meninggalkan sekolah aku melalaikan semuanya dan tidak memperhatikan apapun.

            Teman-teman sekolah adatang untuk menjenguk aku yang tidak masuk sekolah setelah kejadian itu, tetapi aku merasa kesal dan menyuruh mereka pulang. Aku berteriak aku menangis aku tdiak bisa mengekspresikan apa yang aku rasakan. Aku sedikir berfikir kenapa ayah begitu baik, kenapa aku merasa semua orang begitu sabar dan baik apa aku ini memang terlalu jahat kepada diriku sendiri dan keluarga ku. Ah lama-lama aku memang menjadi gila aku rasa.

            Lalau sorenya kakak menghampiri ku dan bertanya " menagapa duduk seorang diri disini" aku menjawab apakah aku ini begitu tak berguna? Kakak berkata mengapa kamu mengeluarkan ucapan seperti itu. Aku merasa ayah begitu baik pada ku tapi aku tak pernah merespon balik bahkan aku selalu acuh tak acuh dengan ayah, aku tak mempedulikannya aku mengabaikannya bahkan aku selalu tak menghiraukan kalian. Kakak tersenyum sambil berkata " sebenarnya kau sangat menyayangi kami hanya saja kau tidak tahu cara mengeskpresikan rasa sayang mu itu sehingga membuat mu merasa seperti ini".

            Aku melihat kakak aku memeluknya sambil menangis, mungkin yang kakak katakana memang benar, aku merasa sedikit lebih tenang saat itu dan aku mulai menjalani hidupku kembali seperti biasa. Aku mulai masuk kesekolah kembali aku merubah sikap ku agak menjadi lebih baik dan penurut, teman-teman sekelas merasa heran dengan perubahan ku tapi aku tetap mencoba menahannya dan terus fokus pada niat ku. Bima menghampiriku dan berkata kau berubah sekarang, akhirnya kau menyadari apa yang kau lupakan dalam dirimu sendiri kau bahkan tampak lebih cantik. Aku tertawa dan entah mengapa aku merasa sangat panas pipiku jadi merona karena pujian darinya. Apa mungkin aku mulai menyukainya dan mulai memiliki perasaan untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun