Mohon tunggu...
Ayu Andayani
Ayu Andayani Mohon Tunggu... Guru - GURU

Nama wahyu andayani biasa orang tua saya memanggil saya Ayu. saya lahir di lampung tengah 08 september 1982 dan saat ini menetap di way kanan. semasa kecil ibu saya sangat sayang pada saya, karena keadaan orang tua yang kurang mampu, saya disemangati untuk sekolah dengan kata-kata " orang tua mu orang yang tidak mampu, selama ibu masih bisa menyekolahkan kamu sekolahlah setinggi-tingginya, karena itu warisan yang dapat orang tua mu berikan, karena warisan harta kami tidak punya". dengan kata-kata orang tuaku ini saya memiliki semangat sekolah, bahkan saya kuliah dengan mendapatkan beasiswa sehingga orang tua saya tidak terbebani dengan biaya kuliah saya. sampai saya selesai kuliah, semua adalah perjuangan orang tua saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Cinta

22 November 2023   22:14 Diperbarui: 22 November 2023   22:26 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berjalannya waktu, lukisan itu selesai. Alex menunjukkannya pada Clara dengan penuh harap. Clara menatap lukisan itu dengan mata penuh air mata, melihat bayangan dirinya dan suaminya yang dicintainya begitu dalam. Lukisan itu bukan hanya karya seni, tetapi juga simbol kebahagiaan, kehilangan, dan cinta yang abadi.

Setelah lukisan selesai, Alex memutuskan untuk memberikan lukisan itu pada Clara sebagai tanda terima kasih atas semua inspirasi dan kebijaksanaan yang telah dia bagikan. Clara, dengan tangan gemetar, menerima lukisan itu dengan rasa syukur yang mendalam.

Hari-hari berlalu, dan musim berganti. Rumah kayu tua di tepi pantai tetap menjadi saksi bisu dari kisah hidup yang indah. Lukisan itu, menggambarkan kehidupan Clara dan cintanya yang abadi dengan Robert, menggantung di dinding rumah itu sebagai kenang-kenangan yang tak terlupakan.

Suatu pagi, Clara duduk di beranda rumahnya, menatap laut seperti biasa. Namun, kali ini, dia merasa ada kelegaan dalam hatinya. Lukisan itu membawanya pada perjalanan melalui kenangan indah dan memberinya kekuatan untuk melangkah maju, sambil tetap mengenang cinta sejati yang akan selalu memanjang seperti garis horison di tepi pantai kecil itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun