Mohon tunggu...
Ayu Rainaya
Ayu Rainaya Mohon Tunggu... -

Pelajar. Pemimpi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Salah Satu Sudut Kafe, Hari Ini

20 Oktober 2013   12:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:17 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ia harus tetap aman.”

“Apakah kita akan terus menjaganya agar ia tetap hidup?”

“Tentu saja tidak. Akan ada hari ketika ia hanya akan menjadi sampah.”
***
Aku tidak tahu kenapa aku mau mengenakan pakaian seperti ini. Celana panjang hitam yang kebesaran untukku, kaus hitam yang ditutupi jaket abu-abu, dan topi hitam untuk menutupi sebagian wajahku. Rambut sebahuku kuikat dan kututupi dengan topi.

Kupikir aku terlihat seperti penguntit.

Tetapi, demi bisikan-bisikan yang kudengar semalam saat aku pura-pura terlelap, aku tetap memakai pakaian yang mereka berikan padaku semalam. Kemudian pergi diam-diam dari persembunyian yang pengap itu. Sambil mencuri topi salah satu dari mereka, tentunya.

Mereka ternyata meremehkanku. Pertahanan mereka gampang ditembus. Satu gerakan, runtuh seluruhnya. Aku yang sedang ingin menikmati udara luar sambil menyesap kopi kesukaanku pun bisa sampai kemari dengan selamat. Ah, harusnya mereka berterima kasih padaku. Aku sudah berbaik hati tidak membunuh salah satu anak buah mereka.

Dari sudut kafe yang terletak di dekat jendela kaca ini, aku bisa melihat hujan deras turun di luar sana. Beberapa orang mempercepat aktivitasnya, beberapa lainnya bergegas pulang ke rumah—mungkin berharap mendapatkan secangkir cokelat panas.

Dua orang lelaki tiba-tiba masuk, mencari-cari tempat kosong di kafe ini. Salah satunya tinggi, besar, berambut panjang diikat. Lelaki lainnya juga tinggi, tetapi badannya tidak gemuk, dan memiliki mata yang sangat tajam. Keduanya memakai jas berwarna hitam. Mereka memilih tempat di seberangku.

Aku melirik mereka dari sudut mataku. Begitu mereka duduk, rasa tidak nyaman yang aneh langsung menyelimutiku. Perasaan aneh apa ini? Siapa mereka berdua?

Aku merapatkan jaketku, seolah aku benar-benar kedinginan di dalam kafe yang hangat ini.

"Aku yakin ia masih di sekitar sini." Aku mulai mencuri dengar percakapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun