Mohon tunggu...
Ayu Adina
Ayu Adina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif

Ayu Adina adalah mahasiswa aktif di IPB University jurusan Ekonomi Sumberdaya LIngkungan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Antara Sampah, Pantai, dan Keluarga

14 November 2022   14:30 Diperbarui: 14 November 2022   14:38 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan sampah membuat pantai akan terkesan jorok dan menjijikan sehingga mengurangi daya tarik pengunjung. Pengurangan jumlah pengunjung akan berdampak pada pendapatan masyarakat sekitar pantai. Pada dasarnya adanya sampah di area sekitar pantai telah merugikan semua pihak sehingga perlu adanya kerjasama untuk memperbaikinya.

Lalu apa yang dapat dilakukan? Wisatawan bisa membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan sampah dengan cara membawa alat makan dan minum pribadi, membawa tas belanja, dan tidak membuang sampah sembarangan. 

Pemerintah telah ber- partisipasi dalam menyiapkan TPS serta penunjangnya seperti transportasi dan tenaga kerja yang akan membantu dalam proses pembersihan dan peng- angkutan limbah yang ada di pantai. 

Pemerintah setempat juga bisa menerapkan sistem “tukar sampah jadi uang” ini bisa menjadi solusi agar masyarakat mau mengelola sampahnya. Kebiasaan ini harus bisa dilakukan di mana saja, karena sampah terkadang hadir tidak dari tempat ditemukannya.

Bagaimana kondisi- nya saat ini? Kebanyakan manusia hanya dapat mengekstraksi tanpa memberikan timbal balik kepada pantai itu sendiri. Terkadang manusia berpikir bahwa sampah itu hanya barang kecil yang akan mudah hilang. 

Padahal sampah plastik bahkan mikroplastik dapat sangat mengganggu. Sampah plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai yaitu dalam kurun waktu 50-200 tahun. 

Jika dibandingkan dengan batas atas kematian manusia yang hanya mencapai 150 tahun itu sangat tidak adil rasanya. Manusia meninggalkan sampah meskipun mereka sudah tidak ada.

Indikator kebiasaan, pola pikir, dan juga sikap manusia inilah yang menjadi akar masalah dari masih banyaknya sampah dan limbah yang bertebaran di sekitar area pantai. 

Perasaan untuk mengunjungi dan menikmati kemudian diakhiri dengan merusak dan menghianati alam itu sendiri adalah sebuah lingkaran setan yang terus terjadi di kebanyakan lingkungan masyarakat. Semua indikator tersebut dapat dibentuk dari lingkungan awal manusia hidup, yaitu keluarga. 

Keluarga memiliki peran dalam penanaman pola pikir dan sikap pada manusia sehingga dari pola pikir dan sikap yang baik juga akan lahir kebiasaan yang baik. Peran keluarga ini sering dilupakan oleh banyak orang dan tidak lagi diperhitungkan keberadaan- nya.

Apa Buktinya? Sebanyak 8 dari 10  responden penelitian yang dilakukan oleh kelompok 16 Mata Kuliah Ilmu Keluarga dan Konsumen, IPB University  menyatakan setuju bahwa sampah menjadi masalah di Lingkungannya dan tentunya sangat mengganggu dan mereka membutuhkan lingkungan yang bersih dan sehat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun