Amanda Pratiwi Rizal, Ahmad Muzakky, Kania Devy An Nur, Ayu Adina, Endah Mulyani
Yulina Eva Riani, SP., M.Ed., PhD dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi.
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB
Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km dan merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, dengan luas perairan laut mencapai 5,8 juta kilometer persegi, yang merupakan 71% dari keseluruhan wilayah Indonesia.
Keindahan pantai Indonesia juga memiliki daya tarik sendiri sehingga membuat banyak wisatawan terpikat. Kegiatan ini mengakibatkan banyak penduduk yang tinggal dan melakukan kegiatan ekonomi di sekitaran area tersebut.
Kegiatan ekonomi dan pariwisata yang terjadi di area sekitar pantai pastinya menghasilkan sampah dan residu yang jika tidak dikelola dengan baik dapat meng- akibatkan banyak per- masalahan.
Laut Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar kedua di dunia, setelah Cina. Hal ini mengancam lebih dari 800 spesies biota laut, termasuk terumbu karang.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah tersebut, salah satunya gerakan bersih pantai dan laut yang merupakan program tahunan oleh KKP sejak tahun 2002. Kegiatan tersebut saat ini telah menjadi bagian dari Aksi Rencana Nasional untuk pengurangan sampah plastik yang masuk ke laut (KKP RI, 2019).
Bukan hanya manusia yang akan terkena dampak negatif sampah, tetapi tidak jarang ditemukan mikroplastik yang termakan dan berada di dalam tubuh ikan. Lalu, apa sih mikroplastik itu?
Mikroplastik adalah plastik yang ukurannya kurang dari 5 mm, jika tertelan oleh mamalia laut, mikroplastik dapat meng- akibatkan rusaknya organ pencernaan, mengurangi cadangan energi pada tubuh ikan bahkan hingga kematian.
Jika hal ini terus terjadi, ditambah dengan adanya aktivitas illegal fishing, maka pasokan ikan akan habis. Hal itu akan berdampak pada rusaknya ekosistem laut dan pendapatan nelayan yang semakin berkurang.
Keberadaan sampah membuat pantai akan terkesan jorok dan menjijikan sehingga mengurangi daya tarik pengunjung. Pengurangan jumlah pengunjung akan berdampak pada pendapatan masyarakat sekitar pantai. Pada dasarnya adanya sampah di area sekitar pantai telah merugikan semua pihak sehingga perlu adanya kerjasama untuk memperbaikinya.
Lalu apa yang dapat dilakukan? Wisatawan bisa membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan sampah dengan cara membawa alat makan dan minum pribadi, membawa tas belanja, dan tidak membuang sampah sembarangan.
Pemerintah telah ber- partisipasi dalam menyiapkan TPS serta penunjangnya seperti transportasi dan tenaga kerja yang akan membantu dalam proses pembersihan dan peng- angkutan limbah yang ada di pantai.
Pemerintah setempat juga bisa menerapkan sistem “tukar sampah jadi uang” ini bisa menjadi solusi agar masyarakat mau mengelola sampahnya. Kebiasaan ini harus bisa dilakukan di mana saja, karena sampah terkadang hadir tidak dari tempat ditemukannya.
Bagaimana kondisi- nya saat ini? Kebanyakan manusia hanya dapat mengekstraksi tanpa memberikan timbal balik kepada pantai itu sendiri. Terkadang manusia berpikir bahwa sampah itu hanya barang kecil yang akan mudah hilang.
Padahal sampah plastik bahkan mikroplastik dapat sangat mengganggu. Sampah plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai yaitu dalam kurun waktu 50-200 tahun.
Jika dibandingkan dengan batas atas kematian manusia yang hanya mencapai 150 tahun itu sangat tidak adil rasanya. Manusia meninggalkan sampah meskipun mereka sudah tidak ada.
Indikator kebiasaan, pola pikir, dan juga sikap manusia inilah yang menjadi akar masalah dari masih banyaknya sampah dan limbah yang bertebaran di sekitar area pantai.
Perasaan untuk mengunjungi dan menikmati kemudian diakhiri dengan merusak dan menghianati alam itu sendiri adalah sebuah lingkaran setan yang terus terjadi di kebanyakan lingkungan masyarakat. Semua indikator tersebut dapat dibentuk dari lingkungan awal manusia hidup, yaitu keluarga.
Keluarga memiliki peran dalam penanaman pola pikir dan sikap pada manusia sehingga dari pola pikir dan sikap yang baik juga akan lahir kebiasaan yang baik. Peran keluarga ini sering dilupakan oleh banyak orang dan tidak lagi diperhitungkan keberadaan- nya.
Apa Buktinya? Sebanyak 8 dari 10 responden penelitian yang dilakukan oleh kelompok 16 Mata Kuliah Ilmu Keluarga dan Konsumen, IPB University menyatakan setuju bahwa sampah menjadi masalah di Lingkungannya dan tentunya sangat mengganggu dan mereka membutuhkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kesadaran terhadap lingkungan dari 8 responden tersebut rata-rata berasal dari ajaran dan kebiasaan yang ditanamkan oleh keluarga sejak dini. Ajaran dan kebiasaan untuk menghargai dan menjaga lingkungan merupakan langkah awal yang penting untuk memupuk kesadaran tiap anggota keluarga.
Akan tetapi, kesadaran tidaklah cukup. Perlu adanya dorongan dan juga ajakan untuk merealisasikan kesadaran tersebut menjadi sebuah tindakan yang tepat, fase inilah yang masih sangat minim dipraktikkan di lingkungan keluarga. Rata-rata responden baru mencapai tahap sadar, tetapi belum berkontribusi terhadap lingkungan area sekitar pantai daerah mereka masing- masing.
Sedangkan, kontribusi inilah yang sangat diperlukan dalam menjaga lingkungan pantai agar tetap nyaman. Oleh karena itu, kontribusi keluarga tidak hanya berhenti dalam proses penanaman kesadaran, akan tetapi juga pada proses pelaksanaan.
Lalu, Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap lingkungan ini? Menjaga lingkungan pantai bukan hanya tanggung jawab pemerintah maupun pengelola pantai, akan tetapi merupakan tanggung jawab semua masyarakat yang terlibat dalam kegiatan yang terjadi di area sekitar pantai.
Salah satu pemangku tanggung jawab yang memiliki peran penting adalah keluarga. Hal ini karena keluarga memiliki kekuatan untuk mengajarkan norma dan nilai pada anggotanya serta memiliki kekuatan untuk mengontrol tindakan anggota terhadap suatu masalah tertentu.
Sehingga, keluarga memiliki andil yang cukup tinggi dalam mengarahkan anggotanya dalam melakukan manajemen limbah ekonomi setiap kali menjadi pengunjung ataupun berjualan sebagai pedagang di area sekitar pantai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H