Dalam perjuangannya untuk mendorong legalisasi hak LGBT di Thailand, FOR-SOGI memainkan tiga peran penting: pelaksana, katalis, dan mitra. Sebagai pelaksana, FOR-SOGI aktif mengadakan berbagai kegiatan langsung seperti kampanye penyadaran, pendampingan hukum, dan layanan dukungan bagi komunitas LGBT. Mereka turun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi serta memastikan suara kelompok yang selama ini terpinggirkan dapat didengar oleh lebih banyak orang.
Sebagai katalis, FOR-SOGI berperan dalam memicu perubahan sosial dengan mendorong diskusi dan kesadaran publik terkait kesetaraan hak. Mereka menantang norma-norma diskriminatif yang masih melekat di masyarakat serta mengajak berbagai pihak untuk ikut ambil bagian dalam memperjuangkan hak LGBT. Lewat media, aksi publik, dan jaringan sosial, FOR-SOGI mempercepat proses perubahan sikap masyarakat menuju penerimaan yang lebih terbuka dan inklusif.
Sementara itu, dalam perannya sebagai mitra, FOR-SOGI menjalin kerja sama erat dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi internasional, komunitas lokal, dan sektor swasta. Kemitraan ini bertujuan untuk memperkuat kebijakan dan regulasi yang mendukung hak-hak LGBT, sekaligus memastikan bahwa perubahan yang tercapai bersifat berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, FOR-SOGI mampu memperluas jangkauan advokasi dan meningkatkan legitimasi gerakan mereka di mata publik serta pihak berwenang.
Dalam penerapan teori ini, FOR-SOGI menggunakan empat strategi TAN (Transnational Advocacy Networks) dalam perjuangannya untuk hak-hak LGBT di Thailand, yaitu Information Politics, Symbolic Politics, Leverage Politics, dan Accountability Politics. Strategi ini digunakan untuk menanggapi sikap pemerintah Thailand yang kurang memberikan perhatian terhadap isu LGBT dan cenderung mengabaikannya. Pemerintah Thailand bahkan menutup akses bagi komunitas LGBT dan aktor non-pemerintah untuk menyuarakan tuntutan mereka. Oleh karena itu, jaringan TAN berusaha untuk menekan pemerintah dengan memobilisasi dukungan dari aktor lokal dan internasional. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, FOR-SOGI berharap dapat menekan pemerintah untuk lebih memperhatikan hak-hak LGBT dan membuka ruang bagi dialog serta perubahan kebijakan yang lebih inklusif.
1. Information Politics
FOR-SOGI menyusun laporan mengenai permasalahan sosial ekonomi dan hukum yang dihadapi oleh komunitas LGBT di Thailand beserta diskriminasi yang mereka alami. Contohnya adalah laporan tentang "Mapping Discrimination Against LGBTQ+ Communities in Thailand ". Media asing melaporkan bahwa FOR-SOGl telah menggunakan Human Rights Watch (HRW) sebagai saluran untuk berbagi laporan dan pengalaman mereka. Contohnya Victory for Same-Sex Marriage in Thailand
https://www.hrw.org/news/2024/06/18/victory-same-sex-marriage-thailand
2. Symbolic Politics
Organisasi ini menggunakan kisah nyata tentang pasangan LGBT yang mengalami rintangan dalam hal sosial dan hukum sebagai representasi perjuangan kesetaraan telah menjadi lambang bagi perjuangan kesetaraan itu sendiri. Kisah ini berfokus pada pasangan LGBT yang tidak dapat mewariskan aset atau kekayaan mereka satu sama lain karena kurangnya pengakuan hukum. FOR-SOGI, dalam upayanya untuk menginspirasi perasaan pembaca atau penonton, menggunakan foto dan video yang menampilkan kehidupan sehari-hari komunitas LGBT. Kampanye Solidaritas yang menampilkan pasangan LGBT dari berbagai latar belakang dalam kampanye bernama "Love is Not a Crime".
3. Leverage Politics
Menekan para aktor yang memiliki pengaruh besar dalam mendesak pemerintah Thailand untuk segera mengesahkan Undang-Undang Perjanjian Kerjasama dan undang-undang perlindungan hak LGBT serta peraturan lainnya. Bekerja sama dengan berbagai negara yang mengakui pernikahan sejenis termasuk Taiwan.