Kali ini penulis ingin bercerita tentang pengalaman ketika memasuki perkuliahan pada mata kuliah pancasila dan Kewarganegaraan. Mungkin setiap mahasiswa pasti ada mata kuliah ini. Mata kuliah yang tak asing lagi, karena dari sekolah tingkat dasar sudah mempelajari yang disebut dengan pelajaran PPKn atau Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jika dilihat mungkin akan sama saja karena kewarganegaraan juga berpedoman pada Pancasila. Namun jika diperkuliahan kita akan mempelajari satu persatu tidak hanya pancasila, tetapi kewarganegaraan juga penting, tidak berpedoman pada Pancasila saja namun lebih luas lagi.
Saat memasuki perkuliahan di semester 1 yaitu mata kuliah pancasila, sangat semangat dong walau agak deg degan ketemu dosen baru. Dari mata kuliah nya saja sudah terlihat wahh karena mata kuliah pancasila pasti dosennya tegas banget. Tapi sayang, ternyata pertemuan pertama cuma diisi oleh dosen yang lain karena dosen Bapak Edi Purwanto M.Si. mata kuliah pancasila tidak bisa hadir.
 Tapi dalam fikiran tidak apa-apa karena biasanya dosen pengganti itu tidak begitu killer. Pertemuan pertama pasti perkenalan, dari perkenalan saja seru. Beliau yaitu dosen pengganti nya sangat ramah, baik, dan yang paling penting tidak bosen. Beliau berkata juga kalau Dosen Edi itu sangat galak. Dalam fikiran, waahh killer pasti. Saat itu cuma bisa berharap semoga Bapak Edi berhalangan terus.
Dilain hari kemudian bertemu mata kuliah pancasila lagi. Dan akhirnya bapak Edi tidak datang lagi katanya. Seneng rasanya kalo ketemu dosen pengganti itu lagi. Walaupun Bapak Edi tidak ada, jam perkuliahan tetap berjalan. Hari demi hari berlalu tapi Bapak Edi tidak pernah datang. Dan lama kelamaan juga penasaran, yang mana sih Bapak Edi ini? Tapi lama-lama jadi tau dari kating (kakak tingkat). Ternyata dosen pengganti selama ini itu Dosen Bapak Edi Purwanto M.Si. sendiri. Begitu polosnya pada saat itu mau saja dibohongi. Ini dosen pembohong pertama saat perkuliahan semester 1. Dia tidak pernah mengaku, dan anak-anak kelas pun tau sendiri tanpa beliau mengakui dirinya siapa.
Tapi menurut ku itu semua bukanlah masalah. Karena beliau sangat baik katanya, murah senyum katanya, pokoknya yang baik-baik katanya. Oiya tidak boleh dipuji, karena beliau bukan malaikat. Tapi kenapa membuat nyaman dikelas, waktu teman-teman presentasi yang nilai dari masing-masing anak sendiri tetapi tetap dalam bimbingan beliau.Â
Menurutku juga baik sih karena paham atau tidak paham itu dari audience nya kan. Kuliah sambil makan juga dibolehin, dalam hati astaga dosen ini kok baik. Tapi kenapa gk mau di puji tapi juga selalu bikin nyaman sih, kebangetan banget kan.Â
Terus diajak makan juga waktu jam mata kulia beliau, karena banyak yang belum sarapan. Ya iyalah mata kuliah nya jm set enam, eh setenga tujuh. Gimana perhatian apa enggak itu menurut kalian. Kok ada dosen yang kaya gitu.
Ketika diakhir semester 1 diadain perpisahan sama Pak Edi. Ada yang tampil dari masing-masing kelas, saat itu dilakukan dengan anak manajemen c. Kelas ku emang agak malu, mungkin karena masih belum akrab. Beliau berkata kalau dari kelas ku tidak ada yang maju, beliau sendiri yang akan menampikan. Ya akhir nya beliau lah lah yang menampilkan puisi. Kurang meresapi sih, tapi tidak apa-apa biar ada kesannya sedikit. Dan selesainya gk nangis dong, nulis kritikan untuk beliau agar tidak terlalu baik. Dan selesai sudah.
Nah untuk di semester 2 ini ada mata kuliah kewarganegaraan. Waduh mikirin negara yang padahal negara gk mikirin aku hehe. Liat jadwal eh ketemu lagi sama bapak Edi Purwanto M.Si. Bosen dong pastinya, tapi gak papa supaya kesannya lebih banyak. Hari pertama beliau masuk ya masih santuy. Materi pun beliau kasih sesuai permintaan anak-anak kelas yang berkaitan dengan kewarganegaraan pastinya.Â
Pikirku cuman gimana sih ini, aku tidak dapet ilmu dari dosen dong. Tapi gak papa setelah hari-hari berlangsung ada banyak manfaat dari banyak nya kasus di Indonesia, kita gali lebih dalam lagi. Berdiskusi lebih nyaman karena materinya yang viral 3 tahun terakhir, bagi yang kurang paham ditanyakan, dan bagi yang membawa materi mempelajari lebih dalam.
Di akhir semester 2 lama-lama tidak enak, garing kaya kerupuk. Ya sebabnya bukan dosennya karena hanya bertatapan muka lewat media zoom. Karena ada virus corona yang menular pada bagian pernapasan saat itu, jadi perkuliahan dialihkan di rumah masing-masing. Banyak sekali yang menyepelekan karena memang mata kuliah di semester 2 juga pagi dan keadaan waktu puasa, Â banyak yang tidak ada.Â
Tapi beliau sangat sabar, jadi kasian nih hehe. Ini juga akibt kalau dosen terlalu baik dengan mahasiswa jadi kaya gini. Nah diakhir semester ini cuma mau memberi pesan kepada beliau supaya lebih tegas lagi dalam mendidik apalagi kan mata kuliah nya keliatan serem gitu. Tegas boleh, killer jangan hehe.
Cukup sekian sedikit cerita dari penulis, kalau ada salah nya mohon dikritik dengan baik. Kalau ada kurang nya tambah kan dikolom komentar. Agar bisa buat artikel lebih baik lagi dan lagi. See you...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H