Judul di atas saya kutip dari penyampaian pakar management Prof. Rhenald Kasali dari channel Youtube nya pada kamis lalu (17/3/2022) yang mengulas tentang kata kata toxic yang sering kita dengar dan viral belakangan ini di kalangan anak muda.
Setidaknya ada beberapa kata kata toxic (toxic words) bagi kaum muda menurut Profesor Rhenald Kasali yang perlu kita ketahui dan saya rangkum dengan tambahan berbagai pengalaman saya , di antara nya :
1. Cuan
Tentunya bahasa ini adalah bahasa Hokian yang tidak asing lagi kita dengar. Terkadang saya pribadi saja selalu menggunakan kata 'Cuan' di sosial media untuk kepentingan bisnis/bahasa marketing yang menurut saya mudah di pahami orang ketika menawarkan produk tertentu kepada calon pembeli. Bahkan beberapa orang memberikan julukan 'Miss Cuan' kepada seller seller tertentu.
Cuan sendiri memiliki arti profit atau hasil. Tapi setidaknya tidak sedikit juga beberapa orang orang yang sukses dalam bisnisnya menyisihkan cuannya untuk kepentingan membantu banyak orang yang kesulitan (secara diam diam tanpa flexing) . Tidak melulu berpikir tentang 'perhitungan' Â dan berpikir uang ,uang,uang semata.
"Sebaik baiknya manusia adalah jika bermanfaat untuk orang lain" , sebuah nasehat yang bisa di jadikan sebagai 'Pondasi' tambahan untuk kita semua selain tentunya yaitu Pendidikan yang menjadi Pilar utama suatu bangsa.
Dalam kanal Youtube nya , Prof. Rhenald Kasali mengungkapkan bahwa tak baik jika suatu bangsa terlalu membicarakan uang. Akibatnya, masyarakat akan melupakan pondasi utama, yakni pendidikan.
"Tetapi, suatu bangsa kalau bicaranya adalah uang, uang, uang, terus maka kita akan mengabaikan pondasi. Apa itu pondasi? Pendidikan, pengetahuan, ilmu, skill, pengalaman, jaringan."
Kita semua pasti sangat setuju bahwa pendidikan adalah pondasi utama dalam sebuah kemajuan suatu bangsa. Karena dengan melalui pendidikan ,kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dapat ditingkatkan. Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam membangun suatu bangsa.Â
Pentingnya pendidikan bagi generasi muda tidak hanya memberikan informasi dan memperdalam ilmu pengetahuan secara akademik. Namun, pendidikan sekolah juga dapat membangun karakter pada diri generasi muda yang mengajarkan norma keagamaan, kesopanan, serta norma norma lainnya.