Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudahkah Anda Menjadi Seorang Ibu yang Bahagia?

22 Desember 2019   11:59 Diperbarui: 23 Desember 2019   11:20 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa langkah sederhana menjadi seorang ibu yang bahagia di bawah ini mungkin bisa membantu para ibu agar selalu ingat "Jangan Lupa untuk Berbahagia."

1. Jangan Dengarkan Kata Orang Lain karena Tidak Semua Saran Orang Lain Harus Diikuti, Dengarkan Kata Hati
Dunia digital saat ini membuat segala arus informasi begitu mudah masuk. Terlebih bagi ibu-ibu generasi milenial zaman now yang sangat akrab dengan media sosial.

Bagi seorang Ibu yang menjadi penggila media sosial, terkadang banyak yang takut merasa ketinggalan berita, takut merasa dibilang ga update, cemas berlebihan kala melihat ibu/teman lain yang postingannya bikin kita merasa iri atau minder.

Sering kali juga cemas saat melihat postingan pasangan lain tampak sangat bahagia dan romantis dan kecemasan berlebihan lainnya yang bisa membuat seseorang menjadi depresi. Perasaan semacam itu istilahnya dalam psikologi sering disebut dengan FOMO (Fear Of Missing Out).

Melengkapi diri dengan berbagai informasi memang penting. Tetapi, terlalu banyak mendengarkan pendapat orang atau melihat orang lain sebagai "pola" dari kehidupan Anda saat ini, justru bisa membuat seorang ibu tidak percaya pada pilihan dan keputusannya sendiri. 

Seorang ibu perlu tetap memercayai insting dan pengalamannya sendiri dalam menentukan hal yang tepat untuk anak dan kehidupan keluarganya.

2. Mendengarkan tapi Jangan "Baper"-an (Dibawa ke Perasaan/Hati)
Menjadi seorang ibu memang tidak mudah, terlebih kapan pun dan di mana pun, kita pasti akan mendengar orang lain berkomentar tentang apa yang kurang atau salah mengenai cara kita membesarkan anak, menerapkan pola asuh, pola belajar, dan komentar-komentar lainnya yang mungkin bisa menyakitkan dan membuat kita meragukan kemampuan diri sendiri dalam mengasuh anak atau menentukan sikap dalam setiap permasalahan yang ada.

Ingat, tidak semua komentar harus di dengarkan. Komentar yang bisa membangun, bisa kita ambil. Tapi, jika komentar tersebut hanyalah basa-basi belaka, kita dapat mengabaikannya atau sekadar menjawab "ya", agar komentar cepat selesai. 

Lebih baik kita fokus kepada cara terbaik versi kita.

3. Ibu Sibuk dengan Rutinitas, Anak pun Mandiri
Sebagai seorang ibu yang memiliki waktu bekerja fleksibel, saya sangat bersyukur, namun sering juga merasa bersalah jika memang tidak punya banyak waktu bersama si kecil, tatkala pekerjaan menumpuk dan fokus pun jadi tidak terarah.

Berdasarkan survei, anak-anak dari ibu yang sibuk dan memiliki pekerjaan (usaha di rumah/di kantor/usaha online atau apapun itu) biasanya terbukti mampu menjadi anak yang lebih mandiri, bahagia, sukses dalam pekerjaan, dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun