Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudahkah Anda Menjadi Seorang Ibu yang Bahagia?

22 Desember 2019   11:59 Diperbarui: 23 Desember 2019   11:20 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Seorang Ibu yang Bahagia

"Orang yang bahagia dan dikelilingi oleh orang yang menyukainya adalah orang yang menjalani hidup dengan mencurahkan seluruh hatinya (tidak setengah setengah), mengetahui dan membagikan kelebihan dirinya untuk membahagiakan diri sendiri dan orang lain (The Philosophy of Crayon)"

Perbincangan menarik selalu terjadi saat momen spesial hadir bersama teman-teman saya belakangan ini yang notabene sudah menjadi seorang "ibu" semua. 

Dari sana terselip energi-energi positif untuk sekadar berbagi percakapan yang asik, mulai membahas rutinitas keseharian yang begitu padat (mengurus rumah tangga, masalah pekerjaan, bagaimana mengasuh anak dengan baik, masalah hubungan intim bersama pasangan, dan sebagainya).

Kerap juga menyinggung masalah-masalah klasik lainnya (perdebatan dengan mertua, kejenuhan, ketidakbahagiaan, depresi, kecemasan, dan perasaan lainnya), rasanya seperti inilah fenomena-fenomena dalam rumah tangga yang sering terjadi zaman now.

Lantas sebuah pertanyaan muncul:

"Sudahkah Anda menjadi seorang ibu yang bahagia?" 

Seorang teman pun menjawab "Tergantung."

Ya, menurut saya tergantung bagaimana kita pribadi dapat lebih dewasa dan bijak menyikapi setiap permasalahan yang terjadi (memang tidak mudah sih seperti saat saya menulis ini) tapi saya yakin setiap insan memiliki kekuatannya sendiri untuk menjalani setiap proses.

Keluarga bahagia bermula dari ibu yang bahagia. Bisa jadi ungkapan ini benar adanya karena tidak bisa dipungkiri terkadang stres yang dialami seorang ibu dapat "menular" ke anggota keluarga lainnya.

Inilah alasannya mengapa perasaan ibu dapat tercermin pada perilaku dan sikap anak. Ditambah lagi, apabila orangtua yang mengalami masalah atau stres akan sesuatu yang mengganggunya akan menjadi tidak sensitif dan tidak responsif terhadap kebutuhan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun