Buku diary berwarna kuning berukuran kecil menjadi saksi bagaimana sejak kecil saya selalu menuangkan segala cerita, asa dan mimpi yang tertumpah di sana.
Mengutip beberapa mimpi yang sangat jelas saya tulis saat berumur 15 tahun kala itu adalah "Saya mau pergi ke Amerika kalau sudah besar" dan "Saya mau punya mobil berwarna putih kayak Bapak".
Bayangkan saja di era tahun 90-an sangat jarang sekali mobil berwarna putih, tetapi mobil dinas milik almarhum ayah saya ketika itu yang kebetulan juga berwarna putih, entah kenapa menjadi mobil idaman saya suatu hari nanti.Â
Sebuah impian dari untaian kata kata yang terpikir, terucap, dan kemudian menjadi tulisan dalam buku kuning tadi seakan menjadi "hidup". Kata-kata seperti bibit. Ketika kita mengucapkan sesuatu,kita sendiri sebenarnya telah memberikan kehidupan pada kata kata itu. Semakin sering diucapkan dan dipikirkan membawanya kedalam sebuah kenyataan.
Saya dulu selalu mengira bahwa jika ingin membuat perubahan besar dalam hidup, kita harus melakukan hal hal yang besar. Dengan memiliki sedikit sikap takut dan pecundang, saya berpikir bahwa tindakan yang besar dan menakutkan pasti selalu menuntut materi atau uang dalam jumlah besar yang belum saya miliki saat itu.
Jadi, pemikiran saya menjadi seperti sebuah ramalan yang menjadi sebuah kenyataan bahwa saya tidak dapat mengubah hidup saya dan saya tetap saja didalam sebuah terowongan yang sempit.
Kepergian ayah membuat saya dan keluarga sangat terpuruk. Usia Ayah yang terbilang masih muda 47 tahun dan di saat puncak prestasi beliau dalam meniti karirnya. Ayah saya juga tercatat sebagai pegawai disebuah instansi pemerintahan yang termuda saat menjabat sebagai pemimpin di era itu.Â
Keterpurukan tidak lantas membuat saya lemah. Bangkit dan berjuang menjadi motivasi saya saat itu. Keadaan finansial yang mulai menurun saat ayah tidak ada, seakan menguatkan karakter dan semangat juang saya, mulai membantu ibu dengan meringankan biaya kuliah dengan berjualan baju di kampus, marketing untuk beberapa produk sampai menjadi asisten dosen, semua pekerjaan yang positif saya ambil untuk bisa menyelesaikan kuliah dan menggapai mimpi.
Sebuah buku "The Secret" yang pernah saya baca yang mengajarkan bagaimana kita harus optimis seakan menjadi panduan saya mengubah sikap pecundang yang saya miliki selama ini. Buku ini mengajarkan tentang Law of Attraction (LOA) sebuah hukum daya tarik yang mengatur hubungan antara pikiran dan kenyataan.Â
Tidak hanya itu buku ini secara tersirat juga mengajarkan bagaimana kekuatan pikiran dan melalui pilihan sebuah kata dapat mengubah hidup kita. Pikiran menentukan frekuensi, dan perasaan segera mengatakan frekuensi kita berada di mana. Ketika saya merasa buruk, saya berada di frekuensi yang menarik lebih banyak hal buruk. Ketika saya merasa baik, saya menarik sepenuhnya lebih banyak hal baik di dalam diri saya.
Seorang teman satu kantor yang membawa saya kedalam sebuah komunitas yang baik juga selalu mengingatkan bahwa pilihlah kata-kata yang baik, semua itu GRATIS.