Mohon tunggu...
Ayu FitriKhairunnisa
Ayu FitriKhairunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

we rise by lifting order

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problema Pendidikan Karakter yang Tidak Berjalan Sempurna selama Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   19:38 Diperbarui: 31 Oktober 2022   19:42 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Ayu fitri khairunnisa, Universitas Negeri Jakarta, Khairunisaaa01@gmail.com

PENDAHULUAN

Pandemi covid-19 telah berlangsung sejak tahun 2020 awal di Indonesia. Nama Covid-19 sendiri adalah kepanjangan dari Corona Virus Disease 2019. Virus ini ditemukan di Wuhan pada tahun 2019 dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh SARS CoV. 

Penyebaran terjadi karena orang yang terinfeksi memercikan droplet dari saluran pernapasan yang dihasilkan saat batuk atau bersin dan terhirup oleh orang yang tidak terinfeksi. Dan waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis adalah 1-14 hari. Untuk meminimalisir penyebaran virus ini, WHO menetapkan untuk menggunakan masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan.

Penyebaran yang begitu mudah mengakibatkan banyaknya kasus dan kematian sepanjang waktu. Total kasus di seluruh dunia hingga saat ini mencapai 630 juta, sedangkan total kasus meninggal 7 juta. Dan WHO sendiri telah menyatakan bahwa Corona Virus Disease 2019 menjadi pandemi global di semua negara di dunia.

Sebegitu besar efek yang ditimbulkan pandemi covid-19 bagi negara dan masyarakat biasa. Dampak bagi negara yang paling dirasakan adalah melemahnya perekonomian negara. 

Hampir semua negara nyaris mengalami kelumpuhan ekonomi dikarenakan tidak ada permintaan pasar untuk sementara waktu dan masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya. Sektor yang lainnya, seperti pertanian, perkebunan, industri, jasa dan lainnya pun tidak bisa berjalan akibat adanya lockdown di beberapa negara.

Pendidikan di seluruh dunia juga turut serta terkena dampak dari covid-19 ini. Kegiatan Belajar dan Pembelajaran (KBM) yang telah biasa dilakukan secara tatap muka harus dibatasi karena adanya pandemi covid-19. 

Pendidikan Indonesia pun tak luput terkena dampak dari pandemi covid-19. Sehingga, pada akhir Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) -- Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan belajar di semua jenjang pendidikan dengan konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring dan luring. Kebijakan tersebut dituangkan dalam surat edaran (SE) No. 4 tahun 2020 pada tanggal 24 maret 2020.

Hal tersebut dilakukan oleh Bapak Nadiem selaku Mendikbud untuk memprioritaskan kesehatan para peserta didik, pendidik, dan seluruh warga sekolah, serta mengupayakan keberlangsungan pendidikan di Indonesia. 

Kebijakan tersebut langsung ditinjaklanjuti oleh Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, dan Rektor dengan mengeluarkan surat edaran yang disebarluaskan dan dapat diterima secara langsung kepada orangtua dan peserta didik.

Pendidikan adalah hal penting sehingga dalam keadaan pandemi covid-19 ini pendidikan tetap harus berjalan. Generasi muda bangsa ini atau peserta didik saat ini adalah cerminan kualitas bangsa dan Negara ke depan. Tetapi, perlu diingat, bahwa pendidikan bukan perihal memperoleh nilai besar dalam pelajaran eksakta atau non-eksakta saja. Lebih dari itu, pendidikan juga harus menjadikan peserta didik memiliki karakter dan berakhlak mulia.

Maka dari itu, tugas tenaga pendidik selama pembelajaran jarak jauh ini bukan sekedar menjelaskan materi esensial sebagaimana yang telah biasa dilakukan selama pembelajaran tatap muka. Melainkan juga menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik agar pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2005-2025) dapat terwujud dengan baik.

Walaupun pada pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode PJJ jelas tidak sama dengan pembelajaran secara tatap muka langsung. Banyak hal yang terasa asing dalam pembelajaran jarak jauh ini, contohnya adalah penggunaan Handphone/Laptop sebagai alat pembantu utama dalam kondisi Pembelajaran jarak jauh, padahal jika dalam tatap muka berlangsung peserta didik dilarang bermain atau bahkan menyentuh benda persegi tersebut. Namun, dalam kondisi pandemi covid-19 ini, hampir setiap jam handphone berada di pandangan mereka. 

Alasannya sederhana, karena sebagai satu-satunya sarana komunikasi efektif dan efisien juga sebagai alat bantu hiburan mereka. Namun tentunya ada juga dampak yang ditimbulkan. Lamanya kebersamaan peserta didik dengan kedua benda tersebut membuat peserta didik menjadi kecanduan dan berakibat gelisah jika tidak mengecek handphone mereka. Bahkan, karakter mereka sebagai peserta didik pun luntur akibat pengaruh dari handphone tersebut.

Pendidikan karakter adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang kegiatan ditujukan untuk generasi penerus bangsa. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk secara berkelanjutan membentuk pengembangan diri pribadi dan melatih kemandirian untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Namun, setelah pembelajaran jarak jauh usai dan kembali ke pembelajaran tatap muka dapat terlihat karakter generasi bangsa yang semakin menurun. Contohnya adalah bolos sekolah, menyontek, kecanduang bermain handphone, memakai atribut dan seragam tidak sesuai ketentuan, berinteraksi dengan bahasa yang tidak baik dan benar, dan masih banyak yang lainnya,

TEMUAN DAN ANALISIS

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran sudah mulai kembali secara tatap muka sejak awal tahun 2022. Namun, pada saat itu masih diberlangsungkan secara terbatas dan masih ada jadwal rolling, maksudnya adalah tidak semua peserta didik masuk pada hari yang sama dan jam yang sama. Barulah pada tahun ajaran 2022/2023 tatap muka sudah terjadi luring secara penuh.

Hampir semua peserta didik di Indonesia mengalami keadaan pembelajaran jarak jauh selama 2 tahun lamanya. Dalam kurun waktu itulah terjadi hambatan yang cukup memberatkan tenaga pendidik dalam melakukan pendidikan karakter. Sulitnya kontrol langsung karena adanya pembatasan kegiatan sosial di masyarakat menjadi problema yang serius di bidang pendidikan. Padahal pendidikan karakter adalah satu hal yang penting bagi dunia pendidikan.

Apa bukti nyata bahwa pendidikan karakter tidak berjalan dengan baik selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19?

Pertama, Peserta didik tidak cukup baik dalam menggunakan kosa kata yang baik dan benar saat berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, baik itu dengan orangtua, teman sebaya, guru, maupun kepada orang asing. Kosa kata yang diucapkan tergolong ke dalam kosa kata nyeleneh seperti 'anjir'/'anjay' dan masih banyak yang lainnya. 

Intonasi yang digunakan pun terdengar tidak sopan dan kasar. Kalimat-kalimat merendahkan orang lain pun sering keluar dari bilah bibir generasi penerus bangsa saat ini. Mereka tidak lagi memikirkan bagaimana cara menghormati orang lain dan apakah lawan biacaranya merasakan sakit hari atau tidak. 

Jika dilihat dari lamanya mereka berada di rumah selama pembalajaran jarak jauh berlangsung, tentu ini bisa saja terjadi. Mengingat mereka yang hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan handphone di media sosial. 

Di dalam media sosial sendiri nilai dan norma yang dianut oleh seseorang dikesampingkan karena mereka tersembunyi dan dapat bersembunyi dalam dunia maya. Sehingga, mereka berani untuk mengucapkan kata-kata kotor atau pun caci-makian dalam berkomunikasi. Kebiasan kecil seperti itulah yang dapat melekat ke dalam diri peserta didik bahkan saat peserta didik itu sudah mulai kembali melakukan pembelajaran tatap muka.

Kedua, kasus-kasus kenakalan remaja seperti bolos sekolah, main handphone saat pembelajaran berlangsung, berbohong, dan menyontek. Jauh sebelum adanya pandemi covid-19 kasus-kasus seperti yang telah disebutkan umumnya sering terjadi. Namun setelah pembelajaran jarak jauh usai dan kembali pada pembelajaran tatap muka, kasus seperti ini makin banyak terjadi akibat kebiasaan-kebiasaan yang masih terbawa selama pembalajaran jarak jauh saat pandemi covid-19. 

Pembelajaran jarak jauh menggunakan berbagai macam perangkat teknologi dan platform yang telah terkoneksi dengan internet untuk saling terhubung satu sama lain dan melakukan aktivitas pembelajaran layaknya di sekolah, contoh dari platform yang digunakan adalam zoom meeting, google meets, microsoft teams, dan lain sebagainya. Platform tersebut, memang membantu dalam melangsungkan pembelajaran, namun tidak cukup efektif untuk melakukan pendidikan karakter. 

Adanya fitur mematikan kamera dan microfon nyatanya hanya membuat peserta didik semakin malas untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik jadi lebih pandai untuk membohongi guru dengan dalih "kuota habis/kendala jaringan" sehingga bisa dengan leluasa tidak menyimak pelajaran yang diberikan. Selain itu juga, kemudahan dan kepintaran akses teknologi peserta didik membuat mereka dapat dengan mudahnya menyontek dan membagikan jawaban antarteman.

Ketiga, kedisiplinan yang semakin luntur. Keterbatasan kontrol oleh tenaga pendidik untuk pendidikan karakter selama pembelajaran jarak jauh berlangsung membuat tingkat kedisiplinan peserta didik mulai luntur. Beberapa kasus diantaranya adalah perihal kelalaian membawa buku, keterlambatan mengumpulkan tugas, penggunaan atribut yang kurang lengkap, dan penggunaan seragam yang tidak semestinya.

 Satu-satunya sarana hiburan yang sangat dekat bagi peserta didik adalah handphone. Bahkan, tidak jarang juga influencer/artis-artis sosial media yang muncul selama pandemi covid-19 mewabah di Indonesia. Kemunculan mereka tentu bisa menjadi inspirasi bagi peserta didik yang melihat kontennya. Ada banyak konten yang mengedukasi mungkin bernilai positif bagi peserta didik, namun ada juga berbagai konten yang membawa dampak negatif bagi peserta didik. 

Contoh konten yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan karakter adalah mengenai penggunaan kosmetik bagi para remaja putri. Jika dilihat setelah pembelajaran jarak jauh usai, banyak remaja putri yang ke sekolah menggunakan make-up seperti pensil alis, liptint, dan mascara. 

Kemudian, untuk remaja putra dan putri juga mengecilkan pakaiannya dan hal tersebut melanggar ketentuan yang telah ditetapkan di sekolah. Selain itu juga, asiknya menikmati berbagai tayangan di media sosial membuat peserta didik menjadi pribadi yang suka menunda-nunda tugas wajibnya sebagai pelajar. Bahkan tak jarang juga lalai dalam menyiapkan buku sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Jika dilihat dari berbagai temuan yang ditemukan penulis, terjadi sebuah kemunduran karakter peserta didik. Hal itu terjadi karena berbagai elemen fungsi di sekitar peserta didik tidak berjalan dengan sempurna. Beberapa diantaranya adalah lembaga pendidikan dan lembaga keluarga. 

Lembaga pendidikan adalah sekumpulan norma yang tersusun secara sitematis yang dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia di bidang pengetahuan. Sedangkan, lembaga keluarga adalah sekumpulan norma yang dibuat untuk pemenuhan kebutuhan manusia dalam keluarga.

Lembaga pendidikan tidak dapat melaksanakan pendidikan karakter secara optimal dikarenakan terbatasnya ruang gerak, kontrol, dan pengawasannya terhadap peserta didik. 

Kemudian, lembaga keluarga seharusnya bisa turut serta berkontribusi dalam pendidikan karakter ini, tetapi harus kita sadari sama-sama bahwa tidak semua keluarga mengerti mengenai pendidikan karakter dan juga tidak semua peserta didik memiliki keluarga yang utuh sehingga mampu membimbing anak-anaknya memiliki karakter yang baik.

KESIMPULAN

Pandemi covid-19 merubah tatanan pendidikan indonesia secara mendasar. Pembelajaran tatap muka yang terkesan kuno dan membosankan berubah menjadi menggunakan teknologi terkini. Ruang kelas tergantikan dengan layar gawai yang didalamnya bisa kita lihat wajah peserta didik lainnya dari berbagai tempat yang berbeda. 

Namun, kemajuan teknologi dan keterbatasan akses pengawasan tenaga pendidik terhadap peserta didik membuat penanaman pendidikan karakter tidak berjalan semestinya. Adanya pandemi covid-19 ini dan diiringi dengan pembelajaran jarak jauh membuat karakter peserta didik mengalami kemunduran.

Berbagai contoh nyata yang ditemukan oleh penulis sendiri dari kemunduran karakter peserta didik sebagai dampak dari pandemi covid-19 dan pembelajaran jarak jauh adalah kecanduan bermain handphone, menyontek, tutur kata menggunakan bahasa yang kurang baik, berbohong, bolos sekolah, menggunakan atribut dan seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan di sekolah, lalai dalam mengatur buku pelajaran, dan sering menunda-nunda tugas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun