Mohon tunggu...
Ayu FitriKhairunnisa
Ayu FitriKhairunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

we rise by lifting order

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problema Pendidikan Karakter yang Tidak Berjalan Sempurna selama Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   19:38 Diperbarui: 31 Oktober 2022   19:42 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, tugas tenaga pendidik selama pembelajaran jarak jauh ini bukan sekedar menjelaskan materi esensial sebagaimana yang telah biasa dilakukan selama pembelajaran tatap muka. Melainkan juga menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik agar pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2005-2025) dapat terwujud dengan baik.

Walaupun pada pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode PJJ jelas tidak sama dengan pembelajaran secara tatap muka langsung. Banyak hal yang terasa asing dalam pembelajaran jarak jauh ini, contohnya adalah penggunaan Handphone/Laptop sebagai alat pembantu utama dalam kondisi Pembelajaran jarak jauh, padahal jika dalam tatap muka berlangsung peserta didik dilarang bermain atau bahkan menyentuh benda persegi tersebut. Namun, dalam kondisi pandemi covid-19 ini, hampir setiap jam handphone berada di pandangan mereka. 

Alasannya sederhana, karena sebagai satu-satunya sarana komunikasi efektif dan efisien juga sebagai alat bantu hiburan mereka. Namun tentunya ada juga dampak yang ditimbulkan. Lamanya kebersamaan peserta didik dengan kedua benda tersebut membuat peserta didik menjadi kecanduan dan berakibat gelisah jika tidak mengecek handphone mereka. Bahkan, karakter mereka sebagai peserta didik pun luntur akibat pengaruh dari handphone tersebut.

Pendidikan karakter adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang kegiatan ditujukan untuk generasi penerus bangsa. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk secara berkelanjutan membentuk pengembangan diri pribadi dan melatih kemandirian untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Namun, setelah pembelajaran jarak jauh usai dan kembali ke pembelajaran tatap muka dapat terlihat karakter generasi bangsa yang semakin menurun. Contohnya adalah bolos sekolah, menyontek, kecanduang bermain handphone, memakai atribut dan seragam tidak sesuai ketentuan, berinteraksi dengan bahasa yang tidak baik dan benar, dan masih banyak yang lainnya,

TEMUAN DAN ANALISIS

Kegiatan Belajar dan Pembelajaran sudah mulai kembali secara tatap muka sejak awal tahun 2022. Namun, pada saat itu masih diberlangsungkan secara terbatas dan masih ada jadwal rolling, maksudnya adalah tidak semua peserta didik masuk pada hari yang sama dan jam yang sama. Barulah pada tahun ajaran 2022/2023 tatap muka sudah terjadi luring secara penuh.

Hampir semua peserta didik di Indonesia mengalami keadaan pembelajaran jarak jauh selama 2 tahun lamanya. Dalam kurun waktu itulah terjadi hambatan yang cukup memberatkan tenaga pendidik dalam melakukan pendidikan karakter. Sulitnya kontrol langsung karena adanya pembatasan kegiatan sosial di masyarakat menjadi problema yang serius di bidang pendidikan. Padahal pendidikan karakter adalah satu hal yang penting bagi dunia pendidikan.

Apa bukti nyata bahwa pendidikan karakter tidak berjalan dengan baik selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19?

Pertama, Peserta didik tidak cukup baik dalam menggunakan kosa kata yang baik dan benar saat berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, baik itu dengan orangtua, teman sebaya, guru, maupun kepada orang asing. Kosa kata yang diucapkan tergolong ke dalam kosa kata nyeleneh seperti 'anjir'/'anjay' dan masih banyak yang lainnya. 

Intonasi yang digunakan pun terdengar tidak sopan dan kasar. Kalimat-kalimat merendahkan orang lain pun sering keluar dari bilah bibir generasi penerus bangsa saat ini. Mereka tidak lagi memikirkan bagaimana cara menghormati orang lain dan apakah lawan biacaranya merasakan sakit hari atau tidak. 

Jika dilihat dari lamanya mereka berada di rumah selama pembalajaran jarak jauh berlangsung, tentu ini bisa saja terjadi. Mengingat mereka yang hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan handphone di media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun