Mohon tunggu...
Ayu FitriKhairunnisa
Ayu FitriKhairunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

we rise by lifting order

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problema Pendidikan Karakter yang Tidak Berjalan Sempurna selama Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   19:38 Diperbarui: 31 Oktober 2022   19:42 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam media sosial sendiri nilai dan norma yang dianut oleh seseorang dikesampingkan karena mereka tersembunyi dan dapat bersembunyi dalam dunia maya. Sehingga, mereka berani untuk mengucapkan kata-kata kotor atau pun caci-makian dalam berkomunikasi. Kebiasan kecil seperti itulah yang dapat melekat ke dalam diri peserta didik bahkan saat peserta didik itu sudah mulai kembali melakukan pembelajaran tatap muka.

Kedua, kasus-kasus kenakalan remaja seperti bolos sekolah, main handphone saat pembelajaran berlangsung, berbohong, dan menyontek. Jauh sebelum adanya pandemi covid-19 kasus-kasus seperti yang telah disebutkan umumnya sering terjadi. Namun setelah pembelajaran jarak jauh usai dan kembali pada pembelajaran tatap muka, kasus seperti ini makin banyak terjadi akibat kebiasaan-kebiasaan yang masih terbawa selama pembalajaran jarak jauh saat pandemi covid-19. 

Pembelajaran jarak jauh menggunakan berbagai macam perangkat teknologi dan platform yang telah terkoneksi dengan internet untuk saling terhubung satu sama lain dan melakukan aktivitas pembelajaran layaknya di sekolah, contoh dari platform yang digunakan adalam zoom meeting, google meets, microsoft teams, dan lain sebagainya. Platform tersebut, memang membantu dalam melangsungkan pembelajaran, namun tidak cukup efektif untuk melakukan pendidikan karakter. 

Adanya fitur mematikan kamera dan microfon nyatanya hanya membuat peserta didik semakin malas untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik jadi lebih pandai untuk membohongi guru dengan dalih "kuota habis/kendala jaringan" sehingga bisa dengan leluasa tidak menyimak pelajaran yang diberikan. Selain itu juga, kemudahan dan kepintaran akses teknologi peserta didik membuat mereka dapat dengan mudahnya menyontek dan membagikan jawaban antarteman.

Ketiga, kedisiplinan yang semakin luntur. Keterbatasan kontrol oleh tenaga pendidik untuk pendidikan karakter selama pembelajaran jarak jauh berlangsung membuat tingkat kedisiplinan peserta didik mulai luntur. Beberapa kasus diantaranya adalah perihal kelalaian membawa buku, keterlambatan mengumpulkan tugas, penggunaan atribut yang kurang lengkap, dan penggunaan seragam yang tidak semestinya.

 Satu-satunya sarana hiburan yang sangat dekat bagi peserta didik adalah handphone. Bahkan, tidak jarang juga influencer/artis-artis sosial media yang muncul selama pandemi covid-19 mewabah di Indonesia. Kemunculan mereka tentu bisa menjadi inspirasi bagi peserta didik yang melihat kontennya. Ada banyak konten yang mengedukasi mungkin bernilai positif bagi peserta didik, namun ada juga berbagai konten yang membawa dampak negatif bagi peserta didik. 

Contoh konten yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan karakter adalah mengenai penggunaan kosmetik bagi para remaja putri. Jika dilihat setelah pembelajaran jarak jauh usai, banyak remaja putri yang ke sekolah menggunakan make-up seperti pensil alis, liptint, dan mascara. 

Kemudian, untuk remaja putra dan putri juga mengecilkan pakaiannya dan hal tersebut melanggar ketentuan yang telah ditetapkan di sekolah. Selain itu juga, asiknya menikmati berbagai tayangan di media sosial membuat peserta didik menjadi pribadi yang suka menunda-nunda tugas wajibnya sebagai pelajar. Bahkan tak jarang juga lalai dalam menyiapkan buku sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Jika dilihat dari berbagai temuan yang ditemukan penulis, terjadi sebuah kemunduran karakter peserta didik. Hal itu terjadi karena berbagai elemen fungsi di sekitar peserta didik tidak berjalan dengan sempurna. Beberapa diantaranya adalah lembaga pendidikan dan lembaga keluarga. 

Lembaga pendidikan adalah sekumpulan norma yang tersusun secara sitematis yang dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia di bidang pengetahuan. Sedangkan, lembaga keluarga adalah sekumpulan norma yang dibuat untuk pemenuhan kebutuhan manusia dalam keluarga.

Lembaga pendidikan tidak dapat melaksanakan pendidikan karakter secara optimal dikarenakan terbatasnya ruang gerak, kontrol, dan pengawasannya terhadap peserta didik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun