Mohon tunggu...
kak ayu
kak ayu Mohon Tunggu... -

tkw hongkong yang ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemimpin Plintat-plintut

10 Juni 2013   11:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:15 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dusun Artomoro sebuah kawasan yang sangat religius dan punya banyak cendekiawan alim ulama. Pada saat krisis kepemimpinan terdapat 3 kandidat calon kadus pilihan rakyat. Arumbinang, Toyasegara dan Pilopo adalah calon kadus pilihan rakyat, dan Pilopo yang memiliki dukungan terkuat serta memiliki mesin pemenangan yang canggih sebab semua pamong desa secara bisik-bisik sepakat memenangkan Pilopo, bahkan jika Pilopo kalah mereka akan kompak transmigrasi sebagai bentuk kekecewaan.

Arumbinang tiba-tiba terkena serangan teror, dia dibully dikatakan pengecut berhati busuk laksana ular dan dituduh berambisi jadi kadus. Arumbinang heran, kok serangannya pasca dia jadi kandidat calon kadus? Berarti ada yang tidak beres dengan 2 calon yang lain. Insting Arumbinang otomatis tertuju pada Pilopo, "apa yang ditakutkan dariku..dia yang terbanyak dukungan, bisa dikatakan dia sudah menang sebelum hari pencoblosan, tapi apa maksudnya dia berbuat seperti itu?" Arumbinang bergumam sendiri dalam hati dan sedikit curhat sama Toyasegara dan junjungan bu nyai Inten Azzahra yang merupakan salah satu tokoh ulama penasehat di dusun Artomoro.

Fakta setelah pemilu di dusun Artomoro:

1. Pilopo menang mutlak 75% suara, suatu kemenangan yang sangat fantastis dan ajaib.

2. Karena kepintarannya Arumbinang sama Pilopo diangkat jadi pamong kadus, tapi setelah ada gesekan antar pamong, ada 2 laporan dari 2 orang yang berbeda yang isinya sama, yaitu dulu Pilopo pernah ngomong sama 2 orang itu bahwa dia disuruh mundur jadi kades sama Arumbinang. Mendengar cerita itu Arumbinang hanya bisa beristighfar tapi lantas ketawa. Sebab siapa yang dulu menebar fitnah pasca pemilu, sedikit banyak telah kelihatan dengan munculnya berita fitnah susulan.

3. Untuk kedua kalinya dusun Artomoro mengadakan tabligh akbar, mengundang kyai yang sama, seorang kyai dari negeri Sendang Kamulyan. Lucunya..karena suatu hal kadus Pilopo curhat ke pak kyai obral omongan menjelekkan pamong Jemitri. Pamong Jemitri yang dulunya adalah ketua team pemenangan kadus Pilopo langsung kebakaran jenggot dan kumis melihat kelakuan kadus Pilopo.

4. Kadus Pilopo dibalik kekurangannya akan ilmu agama, dipercaya oleh mayoritas pamong memiliki banyak kelebihan, yaitu dianggap sebagai sosok yang arif dan bijaksana, pemimpin yang tegas dan berwibawa. Tapi setelah jadi kadus beneran, kelihatan banget cari mukanya, bangga akan jabatannya dan ujub terhadap sesuatu yang tidak dilakukannya, pamong lain yang berprestasi tapi dianya yang ujub dan panen pujian.

5. Gila hormat, iri hati dengan pamong lain, maunya dia sendiri yang tenar dan dihormati, baginya sangatlah tidak sopan apabila nama kadus tidak tercantum, jadi harus selalu tercantum dimanapun.

6. Kata-kata yang khas dari pak kadus, "siapa kadusnya.....?"

7. Pak kadus marah-marah ketika mengecek buku penyaluran bantuan, katanya bantuan buat perguruan Tambakwedi dari dusun tetangga telah distop, tapi anehnya pak kadus laporan sama pamong Jemitri bahwa pamong santunan kebakaran jenggot lapor sama pak kadus, gak suka dengan penyaluran dana buat perguruan Tambakwedi. Bukti satu lagi siapa tukang fitnah sebenarnya.

8. Kadus Pilopo dalam berpidato lebih banyak pamer gigi dibanding ngomongnya. Ternyata modal jadi kadus hanyalah muka tembok dan nekat belaka. Yang penting bisa kondang, terkenal dan naik pamor. Masalah gak pinter mana ada orang tahu. Masyarakat tahunya kadus Pilopo adalah pemimpin yang baik dan berkarisma yang wajib ditaati dan dhormati. Keburukannya tertutup oleh beberapa pamongnya yang rajin dan kompeten.

9. Dusun Artomoro terkenal kerana alim ulama yang mengayomi dusun tersebut, daerahnya juga subur dan makmur, rakyatnya yang mayoritas terpelajar. Tapi sayang dipimpin oleh kadus yang kurang berilmu tapi mementingkan egonya, menjujung tinggi pamor serta harga dirinya dan menghasut sesama pamong, apalagi jika ada pamong yang tidak sepaham, pak kadus akan bisik-bisik menjatuhkan pamong tersebut.

10. Pengadaan alat pertanian buat 20 petani binaan Jemitri pada tahun yang lalu, pembayaran telah lunas oleh pamong Jemitri, dibayarkan kepada Pilopo yang waktu itu mengurusi koperasi dusun, tapi kenapa si juragan cangkul menagih pada Jemitri, katanya cangkulnya sama sekali belum dibayar.

11. Banyak pamong baru yang diangkat oleh kadus Pilopo, mereka ahli dalam berpantun memuji Pilopo, Pilopo senang mereka juga senang, kebahagiaan Pilopo adalah kebahagiaan pamong, kesedihan Pilopo juga kesedihan pamong. Pilopo sangat anti kritik dan para pamong siap jadi pembelanya. Para pamong adalah bempernya Pilopo, seolah-olah Pilopo adalah penguasa mutlak di dusun Artomoro, seolah-olah dusun Artomoro adalah hak miliknya Pilopo, warisan dari mbah buyutnya.

12. Dalam rangka hari jadi dusun, akan diadakan pesta rakyat. Segala umbo rampenya telah dipersiapkan olah pamong Jemitri, tapi Pilopo yang cemburu dengan pamor jemitri enggan bekerja sama dengannya, sebagai kadus dia cukup cerdas tanpa bantuan Jemitri, diam-diam semua dikerjakannya sendiri, hasilnya biaya jadi mahal karena Pilopo asal order saja. Yang seharusnya cukup menyewa lapangan tenis, tapi oleh Pilopo semua masuk dalam daftar sewa, termasuk tanah kuburan juga disewanya, entahlah..mungkin Pilopo mau bikin pertunjukan orkes dangdut di sana.

13. Rasulullah Salallahu 'alaihi wassallam bersabda, " Jika amanah disia-siakan tunggu saja kehancuran terjadi " ada seorang sahabat bertanya, " Bagaimana maksud amanah disia-siakan? ". Nabi menjawab, " Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu " ( Bukhari-6015 )

14. Beruntunglah Toyasegara yang tidak direkrut menjadi pamong, karena dianggap sebagai biang masalah karena menyuarakan kebenaran. Toyasegara kini pergi mengembara mencari ilmu. Kini setelah waktu berlalu, ketahuan siapa sebenarnya biang masalah sebenarnya, seorang yang dangkal ilmunya tapi lebih licik dan culas dari mereka yang pintar.

15. Orang yang punya kedudukan dan jabatan ternyata belum tentu pandai dan bijaksana.

16. Pemimpin yang jenggotnya panjang, disanjung dan dihormati, tapi ternyata tidak pintar mengaji, culas dan plintat plintut, semoga hanya ada di alam khayalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun