9. Dusun Artomoro terkenal kerana alim ulama yang mengayomi dusun tersebut, daerahnya juga subur dan makmur, rakyatnya yang mayoritas terpelajar. Tapi sayang dipimpin oleh kadus yang kurang berilmu tapi mementingkan egonya, menjujung tinggi pamor serta harga dirinya dan menghasut sesama pamong, apalagi jika ada pamong yang tidak sepaham, pak kadus akan bisik-bisik menjatuhkan pamong tersebut.
10. Pengadaan alat pertanian buat 20 petani binaan Jemitri pada tahun yang lalu, pembayaran telah lunas oleh pamong Jemitri, dibayarkan kepada Pilopo yang waktu itu mengurusi koperasi dusun, tapi kenapa si juragan cangkul menagih pada Jemitri, katanya cangkulnya sama sekali belum dibayar.
11. Banyak pamong baru yang diangkat oleh kadus Pilopo, mereka ahli dalam berpantun memuji Pilopo, Pilopo senang mereka juga senang, kebahagiaan Pilopo adalah kebahagiaan pamong, kesedihan Pilopo juga kesedihan pamong. Pilopo sangat anti kritik dan para pamong siap jadi pembelanya. Para pamong adalah bempernya Pilopo, seolah-olah Pilopo adalah penguasa mutlak di dusun Artomoro, seolah-olah dusun Artomoro adalah hak miliknya Pilopo, warisan dari mbah buyutnya.
12. Dalam rangka hari jadi dusun, akan diadakan pesta rakyat. Segala umbo rampenya telah dipersiapkan olah pamong Jemitri, tapi Pilopo yang cemburu dengan pamor jemitri enggan bekerja sama dengannya, sebagai kadus dia cukup cerdas tanpa bantuan Jemitri, diam-diam semua dikerjakannya sendiri, hasilnya biaya jadi mahal karena Pilopo asal order saja. Yang seharusnya cukup menyewa lapangan tenis, tapi oleh Pilopo semua masuk dalam daftar sewa, termasuk tanah kuburan juga disewanya, entahlah..mungkin Pilopo mau bikin pertunjukan orkes dangdut di sana.
13. Rasulullah Salallahu 'alaihi wassallam bersabda, " Jika amanah disia-siakan tunggu saja kehancuran terjadi " ada seorang sahabat bertanya, " Bagaimana maksud amanah disia-siakan? ". Nabi menjawab, " Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu " ( Bukhari-6015 )
14. Beruntunglah Toyasegara yang tidak direkrut menjadi pamong, karena dianggap sebagai biang masalah karena menyuarakan kebenaran. Toyasegara kini pergi mengembara mencari ilmu. Kini setelah waktu berlalu, ketahuan siapa sebenarnya biang masalah sebenarnya, seorang yang dangkal ilmunya tapi lebih licik dan culas dari mereka yang pintar.
15. Orang yang punya kedudukan dan jabatan ternyata belum tentu pandai dan bijaksana.
16. Pemimpin yang jenggotnya panjang, disanjung dan dihormati, tapi ternyata tidak pintar mengaji, culas dan plintat plintut, semoga hanya ada di alam khayalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H